Find Us On Social Media :

Makna Filosofis di Balik Tradisi Ketupat Dan Sejarahnya, Benarkah Berasal Dari Wali Songo ?

By Afif Khoirul M, Kamis, 20 April 2023 | 18:15 WIB

Tradisi Ketupat Wali Songo

Intisari-online.com - Hari Raya Ketupat atau Kupatan adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Muslim di Indonesia.

Khususnya di Pulau Jawa, pada tanggal 8 Syawal atau sepekan setelah Idul Fitri.

Tradisi ini biasanya ditandai dengan memasak dan menyantap ketupat, yaitu beras yang dibungkus dengan daun kelapa muda yang berbentuk persegi empat.

Namun, tahukah Anda bagaimana sejarah dan makna filosofis di balik tradisi ini?

Sejarah Tradisi Hari Raya Ketupat

Menurut beberapa sumber, tradisi hari raya ketupat ini berkaitan dengan peran salah satu dari Wali Songo, yaitu Sunan Kalijaga, dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa dengan cara yang akomodatif dan akulturatif.

Sunan Kalijaga dikenal sebagai wali yang menggunakan pendekatan budaya lokal untuk mengenalkan ajaran Islam kepada masyarakat Jawa yang saat itu masih banyak dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha.

Salah satu cara yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga adalah memperkenalkan tradisi hari raya ketupat sebagai bentuk pengganti dari tradisi sesajen yang sudah ada sebelumnya.

Tradisi sesajen ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa untuk menghormati Dewi Sri, dewi pertanian dan kesuburan, serta untuk menenangkan arwah-arwah anak kecil yang meninggal dunia.

Untuk memperkenalkan Islam, Sunan Kalijaga memperkenalkan sebuah tradisi, yaitu setelah bulan Ramadan usai dan Idulfitri (Lebaran) dirayakan, masyarakat setempat diajak menganyam ketupat dengan daun kelapa muda lalu disii dengan beras.

Kemudian, ketupat tersebut dimasak dan disantap bersama-sama dengan keluarga, kerabat, tetangga, dan fakir miskin.

TradiriBaca Juga: Ini Anggota Wali Songo yang Perkenalkan Ketupat, Apa Filosofinya?