Penulis
Intisari-Online.com -Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam membangun perekonomian di awal kemerdekaan. Salah satu tantangan tersebut adalah hiperinflasi dan blokade laut yang dilakukan oleh Belanda.
Hiperinflasi adalah kondisi dimana harga-harga barang dan jasa meningkat secara drastis dan tidak terkendali.
Blokade laut adalah upaya penutupan aktivitas perdagangan antara Indonesia dengan negara lain dengan menggunakan kapal dan tentara.
Artikel ini akan membahas bagaimana pengaruh hiperinflasi dan blokade laut yang dilakukan Belanda terhadap perkembangan ekonomi Indonesia, serta apa langkah yang dilakukan untuk mengatasinya.
Bagaimana pengaruh hiperinflasi dan blokade laut yang dilakukan Belanda terhadap perkembangan ekonomi Indonesia pada masa itu?
Hiperinflasi dan blokade laut yang dilakukan Belanda memiliki pengaruh negatif bagi perkembangan ekonomi Indonesia di awal kemerdekaan.
Pengaruh negatif tersebut antara lain:
- Menurunkan daya beli masyarakat
Hiperinflasi menyebabkan nilai uang rupiah menurun drastis, sehingga masyarakat harus membayar lebih banyak untuk membeli barang dan jasa yang sama.
Hal ini mengakibatkan kemiskinan dan kesulitan hidup bagi rakyat Indonesia.
- Menghambat produksi dan distribusi barang
Blokade laut menyebabkan Indonesia tidak dapat mengekspor hasil-hasil perkebunan, pertanian, dan industri ke negara lain.
Selain itu, Indonesia juga tidak dapat mengimpor barang-barang kebutuhan seperti obat-obatan, bahan pakaian, bahan bakar, dan alat-alat militer.
Hal ini mengakibatkan kelangkaan barang, penurunan kualitas barang, dan kerugian bagi produsen dan pedagang Indonesia.
- Mengganggu stabilitas politik dan keamanan nasional
Hiperinflasi dan blokade laut menimbulkan ketidakpuasan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah Indonesia.
Hal ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk melakukan agresi militer dan politik guna meruntuhkan kedaulatan Indonesia.
Selain itu, hiperinflasi dan blokade laut juga memicu konflik sosial antara kelompok-kelompok masyarakat yang bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas.
Apa langkah yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut?
Dalam rangka menghadapi masalah hiperinflasi dan blokade laut yang dilakukan Belanda, pemerintah Indonesia melakukan berbagai langkah untuk memperbaiki perekonomian dan mempertahankan kemerdekaan.
Langkah-langkah tersebut antara lain:
Baca Juga: Bagaimana Penerapan Pancasila sebagai Dasar Negara pada Masa Awal Kemerdekaan? Simak Selengkapnya
- Melaksanakan program pinjaman nasional
Program ini dilaksanakan oleh Menteri Keuangan Ir. Surachman dengan persetujuan dari Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP).
Program ini bertujuan untuk mendapatkan dana segar guna membiayai kegiatan pemerintahan, pertahanan, dan kesejahteraan rakyat.
Program ini juga mengharuskan seluruh penduduk Jawa dan Madura untuk menyetorkan sejumlah uang kepada Bank Tabungan Pos dan rumah-rumah pegadaian.
- Melakukan diplomasi ke India
Pada tahun 1946, Indonesia membantu pemerintah India yang tengah menghadapi bahaya kelaparan dengan mengirimkan beras seberat 500.000 ton.
Sebagai imbalannya, pemerintah India menjanjikan akan mengirimkan bahan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia.
Selain bersifat ekonomis, pengiriman bantuan ke India juga bersifat politis karena India merupakan negara Asia yang paling aktif mendukung perjuangan diplomatik Indonesia dalam rangka solidaritas negara-negara Asia.
- Mengadakan hubungan dagang langsung ke luar negeri
Pemerintah Indonesia berusaha menembus blokade laut Belanda dengan mengirimkan utusan-utusan dagang ke negara-negara sahabat seperti Australia, Cina, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Pemerintah Indonesia juga memanfaatkan jasa pedagang-pedagang asing yang bersedia membawa barang-barang impor ke Indonesia dengan resiko tinggi.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga mengandalkan kapal-kapal perang dan kapal-kapal selam yang mampu mengelabui patroli Belanda di laut.
- Melakukan reformasi moneter
Pada tahun 1947, pemerintah Indonesia mengeluarkan mata uang baru yang disebut ORI (Oeang Republik Indonesia). Mata uang ini memiliki nilai tukar yang lebih tinggi dari mata uang lama yang disebut JIM (Japanese Invasion Money).
Tujuan dari reformasi moneter ini adalah untuk mengendalikan inflasi, meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap mata uang nasional, dan memotong sumber pendapatan Belanda dari hasil perkebunan yang masih menggunakan mata uang JIM.
Baca Juga: Simak Bagaimana Penerapan Pancasila sebagai Dasar Negara pada Masa Awal Kemerdekaan