Penulis
Intisari-online.con - Roro Oyi adalah seorang gadis cantik yang berasal dari Surabaya.
Dia adalah putri dari Demang Mangunjaya, seorang pejabat yang berdarah Tionghoa.
Kecantikannya menarik perhatian Sunan Amangkurat I, raja Mataram yang sedang mencari pengganti istrinya yang meninggal.
Roro Oyi dibawa ke istana Mataram untuk dijadikan permaisuri, tetapi nasibnya tidak seindah wajahnya.
Di istana, Roro Oyi justru dicintai oleh Pangeran Adipati Anom, putra Sunan Amangkurat I.
Pangeran Adipati Anom terpesona oleh Roro Oyi dan ingin menikahinya.
Dia dibantu oleh Pangeran Pekik, kakeknya, untuk membujuk Ngabehi Wira Reja, penjaga Roro Oyi, agar menyerahkan gadis itu kepadanya.
Ngabehi Wira Reja akhirnya setuju dengan syarat Pangeran Adipati Anom harus menghadap ayahnya dan meminta izin.
Pangeran Adipati Anom pun menghadap Sunan Amangkurat I dan mengutarakan niatnya untuk menikahi Roro Oyi.
Sunan Amangkurat I marah besar mendengar permintaan itu. Dia merasa dikhianati oleh putranya sendiri yang merebut calon istrinya.
Dia pun menghukum Pangeran Adipati Anom dengan cara yang kejam.
Baca Juga: Kematiannya Sudah Diramal Nyai Roro Kidul, Sultan Agung Bangun Peristirahatan Terakhir Di Tempat Ini
Dia menyuruh putranya untuk membunuh Roro Oyi dengan kerisnya sendiri jika ingin menjadi raja suatu hari nanti.
Pangeran Adipati Anom terpaksa menuruti perintah ayahnya. Dia membawa Roro Oyi ke tempat sepi dan menusuknya dengan keris di dadanya.
Roro Oyi tewas dengan tragis di tangan kekasihnya sendiri.
Jenazahnya dikubur di tanah Lipura atau di pemakaman Banyusumurup dengan nama Kanjeng Ratu Mangkurat.
Kisah Roro Oyi adalah salah satu kisah cinta yang paling menyedihkan dalam sejarah Mataram.
Kisah ini juga menunjukkan betapa kejam dan gila kuasanya Sunan Amangkurat I yang tidak segan-segan mengorbankan keluarganya sendiri demi tahta dan nafsu.
Kematian Roro Oyi tidak hanya menyisakan duka bagi Pangeran Adipati Anom, tetapi juga menimbulkan kekacauan di Mataram.
Sunan Amangkurat I menghadapi berbagai pemberontakan dari rakyat dan bangsawan yang tidak puas dengan kebijakan dan kelakuannya.
Salah satu pemberontak yang paling berbahaya adalah Raden Mas Alit, adik Pangeran Adipati Anom, yang berganti nama menjadi Trunojoyo.
Trunojoyo bersekutu dengan Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten dan Sultan Hasanuddin dari Gowa untuk melawan Mataram dan VOC.
Dia berhasil merebut Surabaya dan Madura, serta mengancam ibu kota Mataram.
Baca Juga: Mistri Kamar 308 Hotel Sukabumi, Konon Tempat Pertemuan Presiden Soekarno Dengan Nyi Roro Kidul
Sunan Amangkurat I terpaksa melarikan diri ke Tegal bersama keluarganya.
Dia meninggal di sana pada tahun 1677 dan digantikan oleh putranya yang bernama Amangkurat II.
Amangkurat II berusaha memulihkan kekuasaan Mataram dengan bantuan VOC.
Dia berhasil mengalahkan Trunojoyo pada tahun 1679 dan mengeksekusinya.
Namun, dia juga harus menghadapi pemberontakan dari adiknya sendiri, Pangeran Puger, yang mengklaim dirinya sebagai raja dengan gelar Sunan Kuning.