Lebih Pilih Menjelma Jadi Mahkluk Astral, Kisah Prabu Siliwangi Ogah Ikuti Ajakan Anaknya untuk Masuk Islam, Hindari Pertumpahan Darah?

Ade S

Penulis

Penggambaran sosok Prabu Siliwangi. Raja Pajajaran yang menolak ajakan anaknya untuk masuk Islam

Intisari-Online.com -Prabu Siliwangi adalah salah satu tokoh legendaris dalam sejarah Kerajaan Pajajaran.

Dikenal sebagai raja yang bijaksana dan adil, Prabu Siliwangi juga dikenal karena penolakannya untuk memeluk agama Islam.

Menurut legenda, putranya Kian Santang atau Pangeran Cakrabuana pernah mengajaknya untuk memeluk agama Islam.

Namun, Prabu Siliwangi menolak ajakan tersebut dan memilih untuk tetap memegang teguh kepercayaan nenek moyangnya.

Kisah ini menjadi salah satu bagian dari sejarah yang menarik untuk diketahui lebih lanjut.

Raja Terbesar Kerajaan Pajajaran

Prabu Siliwangi atau Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja adalah raja pertama Kerajaan Pajajaran yang berkuasa antara 1482-15211.

Di bawah kekuasannya, Kerajaan Pajajaran mengalami perkembangan pesat. Masa pemerintahannya juga dikenang rakyat sebagai zaman perdamaian dan kemakmuran.

Nama asli Prabu Siliwangi adalah Jaya Dewata. Ia lahir pada 1401 di Kawali Galuh (sekarang Ciamis).

Prabu Siliwangi adalah putra dari Prabu Dewa Niskala sekaligus cucu dari Niskala Wastu Kancana.

Baca Juga: Berdarah Arab dan Keturunan Prabu Siliwangi Inilah Sunan Gunung Jati, Wali yang Membuat Putri Kaisar China Jatuh Hati

Menurut Prasasti Batutulis, ia dinobatkan sebanyak dua kali, yaitu sebagai raja Kerajaan Sunda dan raja Kerajaan Galuh.

Periode terakhir Kerajaan Sunda-Galuh inilah yang kemudian dikenal sebagai masa Kerajaan Pajajaran dengan pusat pemerintahan di Pakuan Pajajaran.

Prabu Siliwangi mampu membawa Kerajaan Pajajaran pada kejayaan. Bahkan di masa kepimpinan Sri Baduga Maharaja inilah rakyat Pajajaran mengalami kesejahteraan dan hidup damai.

Menolak Masuk Islam

Prabu Siliwangi memiliki tiga orang anak dari istrinya Subang Larang, yaitu Raden Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuwana, Nyimas Rara Santang, dan Raden Kian Santang.

Menurut legenda, Prabu Siliwangi menolak masuk Islam ketika diimbau oleh putranya Kian Santang atau Pangeran Cakrabuana.

Proses Islamisasi di tanah Pasundandi abad ke-14 sampai ke-16 memang tidak dapat dilakukan tanpa menyebut nama-nama besar seperti Kian Santang.

Ia tanpa ragu-ragu mengikuti jejak ibunya, memeluk Islam.

Hngga sekarang masih menjadi pertanyaan besar: Apakah Prabu Siliwangi menolak ajakan putranya masuk Islam, atau menerima ajakan itu secara diam-diam.

Kisah penolakan Prabu Siliwangi untuk menerima ajakan anaknya Kian Santang untuk masuk Islam memiliki kisah tersendiri.

Konon, Prabu Siliwangimemilih untuk menghilang di hutan Sancang untuk menghindari pertumpahan darah dengan anak cucunya yang telah memeluk Islam.

Baca Juga: Misteri Maung Bodas, Sosok Macan Putih Gaib yang Menjadi Khadam Prabu Siliwangi, Sesakti Apa?

Banyak kisah yang mengandung kepercayaan (mitos) yang menganggap Leuweung Sancang di Garut sebagai tempat tilem (menghilang) Prabu Siliwangi.

Memilih untuk Berubah Ujud

Menurut cerita rakyat yang berhasil dikumpulkan oleh panitia Hari Buku International Indonesia yang diprakarsai Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) pada 1972, Prabu Siliwangi mubus (kabur menyelinap) ke arah selatan karena dikejar-kejar anaknya, Kian Santang, agar masuk Islam.

Tiba di Hutan Sancang, Prabu Siliwangi bersama pengikut setianya menghilang.

Prabu Siliwangi mindarupa (berubah wujud) menjadi macan putih, sedangkan pengikutnya menjadi macan belang manjang yang disebut maung Sancang.

Konon macan putih jelmaan Prabu Siliwangi bersemayam di sebuah goa besar bernama Guha Garogol dan sesekali merenung menyendiri di puncak Karang Gajah di dekat muara Sungai Cikaingan.

Macan putih atau maung bodas merupakan salah satu pasukan gaib Prabu Siliwangi. Macan itu juga dianggap sebagai khodam penjaga Prabu Siliwangi.

Asal mula macan itu menjadi khodam Prabu Siliwangi yakni setelah sang prabu menaklukkannya dalam suatu pertempuran sengit.

Diketahui, macan putih yang dimaksud ini adalah raja macan putih bernama Maung Bodas dari dunia gaib, yang memiliki ribuan tentara sejenisnya.

Dirasa telah banyak membantu kejayaan Pajajaran, Prabu Siliwangi kemudian mengukirkan kepala harimau di gagang pusaka kujang miliknya dan menyuruh maung bodas ‘bersemayam’ di dalamnya.

Sehingga kemana pun Prabu Siliwangi pergi, maung bodas selalu di dekatnya, sebagaimana kujang pusaka yang selalu dibawanya.

Baca Juga: 10 Peninggalan Kerajaan Cirebon, Termasuk 'Singa' Lambang Klan Prabu Siliwangi

Artikel Terkait