Penulis
Intisari-online.com - Adipati Jing adalah seorang penguasa dari Negara Jin pada masa Periode Musim Semi dan Musim Gugur (770-476 SM) di Tiongkok kuno.
Ia dikenal karena kematiannya yang tragis dan ironis di toilet istananya.
Menurut catatan sejarah The Commentary of Zuo, Adipati Jing pernah bermimpi melihat hantu yang menuduhnya bertanggung jawab atas kematian keturunannya.
Ia merasa sangat ketakutan dan meminta bantuan seorang dukun untuk menafsirkan mimpinya.
Namun, dukun itu malah memberikan ramalan buruk bahwa Adipati Jing tidak akan hidup sampai musim panen gandum baru.
Adipati Jing menjadi sakit parah setelah mendengar ramalan itu, dan tidak ada tabib yang bisa menyembuhkannya.
Namun, ia berhasil bertahan hidup sampai musim panen gandum tiba.
Ia merasa lega dan percaya diri bahwa ramalan itu salah.
Ia memerintahkan untuk membuat bubur dari gandum baru dan memanggil kembali dukun itu untuk mengejeknya.
Ia juga menghukum mati dukun itu karena memberikan ramalan palsu.
Namun, tak lama setelah menikmati buburnya, Adipati Jing merasakan sakit perut dan kembung.
Baca Juga: Sejarah Petasan: Dari Pengusir Roh Jahat hingga Pernah Bikin VOC Ketar-ketir
Ia bergegas ke toilet untuk buang air besar, tetapi malah jatuh ke dalam lubang jamban dan tenggelam dalam kotoran.
Ia meninggal dengan cara yang memalukan dan menyedihkan.
Setelah kematian Adipati Jing, putra bungsunya Pangeran Tu naik takhta sebagai Adipati Dao dari Qi.
Namun, ia tidak mendapat dukungan dari para bangsawan dan menteri yang lebih menyukai putra-putra Adipati Jing yang lain.
Beberapa klan bersekongkol untuk menggulingkan Adipati Dao dan membawa kembali Pangeran Yangsheng, salah satu putra Adipati Jing yang diasingkan ke Lai.
Pangeran Yangsheng naik takhta sebagai Adipati Ping dari Qi dan memerintahkan untuk membunuh Adipati Dao dan ibunya.
Namun, ia juga tidak populer di kalangan rakyat dan bangsawan karena sifatnya yang kejam dan sombong.
Ia sering menindas rakyat dan menghina para menteri. Ia juga berselingkuh dengan istri Yan Ying, perdana menteri yang setia kepada Adipati Jing.
Yan Ying tidak bisa menerima pengkhianatan itu dan memutuskan untuk membalas dendam.
Ia bersekutu dengan klan Tian dan Gao untuk merencanakan pembunuhan terhadap Adipati Ping.
Mereka berhasil membunuh Adipati Ping pada tahun 484 SM dan mengangkat Pangeran Jiu, putra Adipati Dao, sebagai penguasa baru Qi.
Pangeran Jiu naik takhta sebagai Adipati Jian dari Qi dan menghormati Yan Ying sebagai perdana menterinya.
Ia juga membalas dendam atas kematian ayahnya dengan membunuh semua putra Adipati Jing yang masih hidup.
Dengan demikian, ia mengakhiri persaingan antara saudara-saudara tiri yang telah menyebabkan kerusuhan di Qi selama beberapa tahun.
Kematian Adipati Jing menjadi salah satu contoh kematian paling aneh dan misterius dalam sejarah Tiongkok.
Beberapa orang menganggapnya sebagai akibat dari karma buruk atau kutukan dari hantu.
Namun, ada juga yangmenganggapnya sebagai kebetulan atau kecelakaan yang tidak beruntung.