Penulis
Intisari-online.com - Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim yang berpusat di Palembang, Sumatera Selatan.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-10 hingga ke-11, ketika menguasai jalur perdagangan laut antara India dan Tiongkok.
Namun, pada tahun 1025, kerajaan ini mengalami serangan mendadak dari Kerajaan Chola India yang menghancurkan sebagian besar wilayah dan pelabuhan Sriwijaya.
Apa sebenarnya yang menyebabkan Kerajaan Chola India menyerang Kerajaan Sriwijaya?
Apa motif dan strategi mereka dalam melakukan invasi tersebut?
Artikel ini akan mengungkap rahasia di balik serangan Kerajaan Chola India terhadap Kerajaan Sriwijaya.
Motif Serangan
Para sejarawan belum menemukan catatan tertulis yang menjelaskan alasan pasti Kerajaan Chola India menyerang Kerajaan Sriwijaya.
Namun, berdasarkan beberapa sumber, seperti Prasasti Tanjore dan Invasi Chola ke Sriwijaya, para sejarawan meyakini bahwa motif utama serangan tersebut adalah masalah ekonomi.
Kerajaan Chola India yang dipimpin oleh Rajendra Chola I (1014-1044) ingin menguasai jalur perdagangan laut antara India dan Tiongkok yang selama ini dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya.
Dengan demikian, Kerajaan Chola India dapat memperluas pengaruh dan kekayaannya di Asia Tenggara Maritim.
Baca Juga: 7 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Luar Biasa Menakjubkan
Selain itu, ada juga faktor politik dan agama yang mendorong serangan tersebut.
Rajendra Chola I ingin memperlihatkan kekuatan dan kemuliaannya sebagai raja besar di India Selatan.
Ia juga ingin menyebarkan agama Hinduisme yang dianutnya ke wilayah-wilayah lain, termasuk ke Kerajaan Sriwijaya yang mayoritas penduduknya beragama Buddha.
Strategi Serangan
Kerajaan Chola India menggunakan strategi serangan laut untuk menyerbu Kerajaan Sriwijaya.
Rajendra Chola I memimpin armada laut yang terdiri dari ribuan kapal perang dan tentara.
Armada laut ini berlayar dari pelabuhan Nagapattinam di Tamil Nadu menuju ke arah timur.
Serangan pertama dilakukan pada tahun 1017, ketika armada laut Chola menyerang pelabuhan-pelabuhan penting Sriwijaya di Sumatera dan Semenanjung Malaya, seperti Kadaram (Kedah), Pannai (Panai), Tambralinga (Nakhon Si Thammarat), dan Langkasuka (Pattani).
Serangan ini berhasil menghancurkan sebagian besar armada laut Sriwijaya dan merampas banyak harta benda.
Serangan kedua dilakukan pada tahun 1025, ketika armada laut Chola menyerang langsung ibu kota Sriwijaya di Palembang.
Serangan ini berhasil menaklukkan Palembang dan membawa puluhan ribu tawanan perang, termasuk raja Sriwijaya saat itu, Sangrama Vijayatungavarman.
Rajendra Chola I kemudian menggelari dirinya sebagai “Rajendra Cholaganga”, yang berarti “Rajendra yang mengalir seperti sungai Gangga”.
Dampak Serangan
Serangan Kerajaan Chola India terhadap Kerajaan Sriwijaya memiliki dampak yang sangat besar bagi sejarah Asia Tenggara Maritim.
Serangan ini menyebabkan kemunduran dan keruntuhan Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim terbesar di kawasan tersebut.
Nasib Kerajaan Sriwijaya setelah serangan Kerajaan Chola India sangat menyedihkan.
Serangan tersebut menyebabkan kerusakan besar-besaran pada wilayah dan pelabuhan Sriwijaya.
Banyak harta benda yang dirampas, banyak penduduk yang dibunuh atau dibawa sebagai tawanan perang, termasuk raja Sriwijaya sendiri.
Serangan tersebut juga mengganggu jalur perdagangan laut yang selama ini menjadi sumber kekayaan dan kekuasaan Sriwijaya.
Banyak pedagang asing yang menghindari pelabuhan-pelabuhan Sriwijaya karena takut diserang oleh Kerajaan Chola India. Akibatnya, perekonomian Sriwijaya merosot drastis.
Serangan tersebut juga memicu perpecahan dan pemberontakan di dalam Kerajaan Sriwijaya.
Beberapa daerah bawahan Sriwijaya, seperti Jawa Timur, Kamboja, dan Sumatera Utara, memanfaatkan situasi tersebut untuk melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya pun kehilangan banyak wilayah dan sekutu.
Meskipun Kerajaan Sriwijaya masih bertahan hingga abad ke-13, namun serangan Kerajaan Chola India telah meruntuhkan kejayaan dan kemuliaannya sebagai kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara Maritim.
Kerajaan Sriwijaya akhirnya digantikan oleh kerajaan-kerajaan lain yang lebih kuat dan berpengaruh, seperti Kerajaan Singasari dan Kerajaan Majapahit di Jawa.