Penulis
Intisari-online.com - Perlawanan rakyat Aceh melawan penjajah Belanda merupakan salah satu perang terlama dan terbesar dalam sejarah Indonesia.
Perang ini berlangsung selama 31 tahun, dari tahun 1873 hingga 1904.
Latar belakang perang ini adalah keinginan Belanda untuk menguasai wilayah Kesultanan Aceh yang menjadi strategis setelah dibukanya Terusan Suez dan melanggar Perjanjian London 1824 yang mengakui kedaulatan Aceh.
Dalam perang ini, rakyat Aceh menunjukkan semangat juang yang tinggi dan ketahanan yang luar biasa dalam menghadapi serangan-serangan Belanda yang dilakukan dengan pasukan dan persenjataan yang lebih unggul.
Tokoh-tokoh penting dalam Perang Aceh antara lain Sultan Mahmud Syah, Sultan Muhammad Daud Syah, Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Panglima Polem, Teungku Chik di Tiro dari pihak Aceh.
Serta Johan Köhler, Jan van Swieten, Johannes Pel, Karel van der Heijden, Henry Demmeni, Gotfried van Daalen dan Johannes Benedictus van Heutsz dari pihak Belanda.
Akibat dari Perang Aceh adalah jatuhnya Kesultanan Aceh dan pembentukan Karesidenan Aceh sebagai bagian dari Hindia Belanda.
Korban jiwa mencapai puluhan ribu orang baik dari pihak Aceh maupun Belanda.
Kerusakan lingkungan akibat taktik bumi hangus; serta pelestarian budaya Islam di Aceh sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialisme.
Perang Aceh terdiri dari beberapa fase, yaitu fase pertama (1873-1874) yang dimulai dengan pernyataan perang Belanda dan berakhir dengan gencatan senjata.
Baca Juga: Dari Aceh Hingga Papua, Ini 5 Tradisi Unik Masyarakat Muslim di Indonesia Menyambut Ramadhan
Sementara; fase kedua (1874-1896) yang ditandai dengan pembunuhan Sultan Mahmud Syah dan pengiriman pasukan besar-besaran oleh Belanda.
Fase ketiga (1896-1903) yang diwarnai dengan strategi perang gerilya oleh rakyat Aceh dan taktik bumi hangus oleh Belanda.
Fase keempat (1903-1904) yang merupakan akhir dari perlawanan resmi Kesultanan Aceh setelah Sultan Muhammad Daud Syah menyerah kepada Jenderal van Heutsz.
Dalam setiap fase, rakyat Aceh menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan, namun tetap bertahan dan melawan dengan gigih.
Beberapa pertempuran penting dalam Perang Aceh antara lain Pertempuran Batee Iliek (1873), Pertempuran Meulaboh (1874), Pertempuran Indrapuri (1876), Pertempuran Samalanga (1896), Pertempuran Meureudu (1901), dan Pertempuran Paya Cicem (1902).
Pertempuran rakyat Aceh melawan penjajah Belanda terjadi dalam berbagai bentuk dan skala. Beberapa pertempuran besar yang tercatat dalam sejarah antara lain adalah.
Pertempuran Batee Iliek (1873), yang merupakan pertempuran pertama dalam Perang Aceh.
Dalam pertempuran ini, Jenderal Köhler tewas ditembak oleh penembak jitu Aceh dan pasukan Belanda mengalami kekalahan besar.
Pertempuran Meulaboh (1874), yang merupakan pertempuran laut antara armada Aceh dan Belanda.
Dalam pertempuran ini, armada Aceh berhasil menenggelamkan dua kapal perang Belanda dan menyebabkan kerugian besar bagi Belanda.
Pertempuran Indrapuri (1876), yang merupakan pertempuran darat antara pasukan Aceh dan Belanda di bawah pimpinan Jenderal Pel.
Dalam pertempuran ini, pasukan Aceh berhasil mengepung dan mengalahkan pasukan Belanda yang lebih banyak jumlahnya.
Pertempuran Samalanga (1896), yang merupakan pertempuran darat antara pasukan Aceh di bawah pimpinan Teungku Chik di Tiro dan pasukan Belanda di bawah pimpinan Jenderal van der Heijden.
Dalam pertempuran ini, Teungku Chik di Tiro gugur sebagai syuhada namun berhasil memukul mundur pasukan Belanda.
Pertempuran Meureudu (1901), yang merupakan pertempuran darat antara pasukan Aceh di bawah pimpinan Panglima Polem dan pasukan Belanda di bawah pimpinan Jenderal van Daalen.
Dalam pertempuran ini, Panglima Polem berhasil mengadakan serangan mendadak dan menimbulkan korban besar bagi pasukan Belanda.
Pertempuran Paya Cicem (1902), yang merupakan pertempuran darat antara pasukan Aceh di bawah pimpinan Cut Meutia dan pasukan Belanda di bawah pimpinan Mayor Demmeni.
Dalam pertempuran ini, Cut Meutia gugur sebagai syuhada namun berhasil membunuh Mayor Demmeni dengan senjata api miliknya sendiri.