Find Us On Social Media :

Menjadi Kaya yang Sebenarnya

By Ade Sulaeman, Senin, 7 September 2015 | 09:00 WIB

Menjadi Kaya yang Sebenarnya

Intisari-Online.com - Semua pasti kenal dengan kata kaya. Bahkan semua orang pasti berharap ingin menjadi kaya. Memang sih, kalau ditanya apa definisi kaya, setiap orang pasti pendapatnya berbeda-beda. Belum lagi kalau ada yang mengkajinya dari sudut pandang yang berbeda-beda. Tapi kali ini kita akan coba membahasnya dari sisi keuangan. Sebenarnya apa sih, kaya itu? Dan bagaimana sebenarnya definisi kaya itu?

 

Kaya bukan Penghasilan Tinggi

Banyak yang beranggapan bahwa orang disebut kaya bila seseorang berpenghasilan tinggi. Padahal kalau Anda membaca media, ada hal yang unik. Ketika membahas seorang Bill Gates, biasanya media tidak mencantumkan berapa besar penghasilannya.

Sebaliknya bila membicarakan seorang Christiano Ronaldo atau seorang Taylor Swift misalnya, maka yang sering dibahas adalah seberapa besar penghasilannya bukan kekayaannya.

Mengapa berbeda? Hal ini karena kaya tidak selalu identik dengan penghasilan besar. Bahkan sangat mungkin penghasilan kecil tapi bisa kaya dan sering terjadi orang berpenghasilan besar tapi tidak kaya alias miskin.

 

Apa itu Kaya

Nah, kaya sebenarnya dihitung dengan banyaknya aset dan bukan penghasilan. Tapi kan uang yang didapat dari pekerjaan kita yaitu penghasilan juga aset? Benar sekali tidak salah, namun ketika seseorang hanya memiliki penghasilan saja sebagai aset, maka ada waktunya dimana aset penghasilan tadi bisa berhenti atau selesai, sehingga aset penghasilan tadi bisa hilang bila tidak dikembangkan.

Ingat kasus Mike Tyson yang saat jayanya dengan hanya tampil tidak sampai satu jam bisa mendapatkan ratusan juta bahkan milyar rupiah? Apakah dia kaya? Ya dia kaya saat itu. Tapi ketika kekayaan dari penghasilan tadi tidak dikelola dengan baik dan sumber itu selesai atau habis, maka hilanglah asetnya termasuk juga kekayaannya.

Jadi seorang yang kaya sebenarnya bukan dari penghasilannya yang besar, tapi dari bagaimana dia mengelola penghasilan tadi sehingga menjadi aset. Belum selesai, aset tadi juga harus bisa berkembang untuk menambah lagi kekayaannya menjadi aset-aset lainnya. Nah, sampai disini aset tadi disebut sebagai aset yang produktif.

Apa saja aset produktif tadi? Cukup beragam. Sederhananya bila aset tadi bisa memberi tambahan nilai atau kekayaan kepada harta kita maka itu adalah aset produktif.

Misal sebuah ponsel yang Anda gunakan untuk melakukan transaksi jual beli online, maka itu disebut sebagai aset produktif berupa bisnis. Atau sebentuk emas, reksadana maupun saham sebuah perusahaan bahkan properti yang nilainya ternyata meningkat lebih tinggi dari inflasi sehingga nilai kekayaan Anda naik maka itu adalah aset produktif. Jadi aset produktif tadi pada dasarnya ada dua yaitu aset produk keuangan dan bisnis.

 

Kaya, Miskin dan pura-pura Kaya

Oke, kita sudah sama-sama tahu apa itu kaya dan bagaimana seseorang bisa disebut kaya. Nah sekarang saya mau cerita sedikit fenomena unik yang biasa terjadi di masyarakat yang biasanya di saat saya memberi seminar saya menyebutnya sebagai orang yang kaya, miskin dan pura-pura kaya.

Kita mulai dari yang paling mudah yaitu kaya. Sama sih, seperti yang di bahas di atas, kaya adalah ketika aset Anda sebagian besar adalah aset produktif atau aset yang bisa membuat Anda menjadi produktif.

Nah fenomena kedua saya sebut sebagai orang yang miskin. Orang bisa disebut miskin bila dia memiliki aset tapi aset tadi bukan yang produktif, dimana aset tersebut nilainya terus turun dan biaya untuk merawatnya terus meningkat. Katakanlah seperti contoh ponsel di atas, hanya digunakan untuk bermain game atau hal-hal lain yang tidak menambah kekayaan kita. Nilai ponsel tadi terus turun sementara biaya perawatan terus naik karena harus isi pulsa; belum lagi kalau rusak, he-he-he.

Nah fenomena ketiga ini yang menarik, saya melihat makin banyak orang yang seperti ini khususnya di kota-kota besar. Menjadi pura-pura kaya. Pada kasus ini seseorang mungkin memiliki aset juga tapi aset tadi bukan aset produktif. Tapi kenapa dia enggak disebut miskin? He-he-he, beda karena dalam kasus ini orang yang pura-pura kaya adalah mereka yang mendapatkan aset non produktif dengan cara utang.

Jadi benar-benar lebih kacau dari sekadar miskin. Sudah tidak produktif, asetnya bukan milik dirinya karena masih utang. So, itulah mengapa saya katakan orang-orang seperti ini adalah pura-pura kaya atau pura-pura miskin? Terserah lah sama aja.

Sekarang dengan penggambaran di atas, di posisi manakah Anda? Miskin? Kaya? atau Pura-Pura kaya? Semoga bukan yang terakhir ya.

Pingin tahu berapa besar kekayaan ideal Anda seharusnya di usia sekarang?

Mungkin rumus di bawah bisa sebagai acuan.

Kekayaan Bersih (Total Aset – Total Utang) = Usia x 10% x Penghasilan Anda 1 tahun

--

Oleh Eko Endarto (@kokiduit)

Perencana Keuangan di Finansia Consulting