Penulis
Eurico Guterres, pria Timor Leste yang menjadi anggota milisi pro-NKRI, pernah meminta bantuan Indonesia membersihkan namanya di PBB.
Intisari-Online.com -Eurico Gutteres masuk dalam daftar pelaku "kejahatan serius" di Timor Leste oleh PBB.
Pada 2017 lalu, 15 tahun setelah kemerdekaan Timor Leste, Eurico meminta bantuan Indonesia untuk membersihkan namanya di PBB.
Bagaimanapun juga, Eurico dikenal sebagai pemimpin milisi di Timor Leste ya pro-NKRI.
Namanya masuk daftar hitam PBB karena terlibat dalam pembantaian di negara asalnya pasca-referendum.
Pada 2017,Eurico Gutteres menuntut pemerintah Indonesia memulai proses untuk mengeluarkan namanya dari daftar kejahatan serius PBB.
Karena bagaimanapun juga, daftar itu membuat Eurico kesulitan untuk pergi ke luar negeri.
Eurico juga membandingkan nasibnya dengan nama-nama lain dalam operasi di Timor Leste yang diperlakukan bak pahlawan.
Salah satunya adalah Wiranto yang bahkan pernah menduduki posisi menteri dalam kabinet Presiden Jokowi periode pertama.
Tak hanya dirinya seorang, Eurico juga meminta bantuan pemerintah Indonesia memperjuangkan kepastian hukum 400an warga Timor Leste pro-integrasi yang masuk daftar "kejahatan serius" PBB.
"Saya salah satu dari 403 eks warga Timor Timur dan juga Pak Wiranto yang masuk daftar 'kejahatan berat'," katanya ketika itu.
"Tapi sekarang Wiranto bisa pergi ke mana-mana, sementara kami dilarang di mana-mana."
Sebagai pengingat, pada 2003, Wiranto bersama enam jenderal lainnya dituduh PBB bertanggung jawab dalam melatih dan mempersenjataimilisi pro-integrasi.
Milisi inibergabung dengan militer Indonesia dalam membantai lebih dari 1.000 orang dan memaksa 250.000 orang Timor Leste meninggalkan rumah mereka sebelum dan sesudah referendum.
Guterres mengatakan, meskipun mereka mendapat kewarganegaraan Indonesia setelah perang, mereka tidak dapat meninggalkan Indonesia.
Bahkan mereka tidak bisa masuk ke Timor Leste untuk menemui anggota keluarga karena nama mereka masih ada di daftar PBB.
Dia juga mencatat bahwa Jokowi tidak pernah menyebut mantan pejuang Timor Leste dalam pernyataan resmi.
"Presiden tidak pernah membicarakan mantan gerilyawan yang hidup di bawah garis kemiskinan," katanya.
"Bangsa yang hebat adalah bangsa yang menghormati pejuangnya."
Ketika itu dia juga berharappemerintah bisa memberikan kesempatan kepada putra putri milisi untuk menjadi anggota TNI, Polri, dan PNS.