Penulis
Intisari-online.com - Tahukah Anda bahwa tambang batu bara sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.
Pasalnya tambang tersebut sebenarnya sudah ditemukan sejak zaman penjajahan Belanda.
Tambang batu bara pertama kali ditemukan di Indonesia oleh Belanda pada tahun 1846, di kawasan Pengaron Kalimantan.
Kemudian dibukalah tambang tersebut, tetapi tambang ini kemudian gagal.
Berikutnya pun tambang kembali dibuka pada abad ke-19, di Kalimantan oleh perusahaan swasta milik kolonial Belanda.
Hal itu dilakukan demi memenuhi kebutuhan batu bara yang meningkat di Eropa.
Ratu Belanda juga memerintahkan penggalian tambang batu bara di Kalimantan Selatan, pada 19 November 1846.
Hal itu setelah ditemukan cadangan batu bara oleh hasil ekspedisi sebuah tim penelitian.
Tahun 1843-1846, dalam buku berjudul Borneo Beschuving Het Stroom Gebied Van Den Barito, menjelaskan kekayaan alam tambang batu bara di daerah Siam.
Kemudian disimpulkan bahwa kekayaan batu bara melimpah di kawasan Kalimantan Selatan ini.
Informasi ini membuat Belanda memiliki hasrat untuk melakukan eksploitasi.
Baca Juga: Misteri Bunker Perang Dunia II yang Dibangun di Balikpapan, Ini Kisahnya
Residen Kalimantan Selatan A.L Weddik menyampaikan kabar ini ke pemerintah di Belanda.
Laporannya mengatakan bahwa di Kalimantan Selatan memiliki sumber daya bumi yang melimpah.
Sehingga Ratu Belanda langsung menggelontorkan dana besar-besaran untuk melakukan penggalian.
Namun, kemudian cadangan batu bara besar pun ditemukan di kawasan Sumatera Barat pada 1868.
Tak lama kemudian cadangan batu bara terbesar kedua ditemukan di kawasan bukit asam.
Tambang Ombilin di Sawahlunto, Sumatera Barat kemudian dijadikan perusahaan negara pada tahun 1892.
Karena tempat ini mampu memproduksi batu bara hingga 200 ton pada 1924.
Hingga total produksi di Hindia Belanda mencapai puncaknya tahun 1930, dengan jumlah mendekati 1,9 juta ton.
Tambang ini kemudian diambil alih Jepang ketika mereka menguasai Indonesia, dan dipegang oleh anak perusahaan Mitsui Company.
Mereka mengekploitasi tambang batu bara di Ombilik dan Bukit Asam.
Sejumlah pertambangan lainnnya serupa juga diambil alih oleh perusahaan Jepang lainnya.
Baca Juga: Rumah Laksamana Maeda Dijadikan Tempat Perumusan Naskah Proklamasi
Hingga akhirnya produksi di tempat tersebut menurun setelah Jepang terlibat perang dan perusahaan-perusahaan tambang Jepang, terpaksa untuk terlibat dalam perang.
Kemudian, pasca kemerdekaan Indonesia keuangan negara yang memburuk membuat rehabilitasi perusahaan tambang harus bersaing dengan minyak sebagai sumber energi.
Hingga 1962, produksi batu bara jatuh sekitar kurang dari 500 ton.
Berlanjut pada masa orde baru, pengembangan batu bara diabaikan selama 10 tahun, perusahaan Ombilin, Bukit Asam dan Mahakam dilebur menjadi perusahaan negara.
Namun produksinya terus menurun hingga 200 ribu ton per tahun.