Penulis
Intisari-Online.com - Tahukah Anda apa alat penyiksaan paling menyakitkan dalam sejarah?
Rupanya, Judas Cradle atau Kursi Yudas adalah salah satualat penyiksaan paling menyakitkan dalam sejarah.
Dilansir darithevintagenews.com pada Minggu (12/2/2023),Judas Cradle merupakan kursiberbentuk piramida yang terbuat dari kayu.
Rupanyaselama periode Abad Pertengahan, alat penyiksaan ini adalah yang paling umum digunakan.
Sebab alat inimemanfaatkan kekuatan gravitasi untuk menyiksa korbannya dan merupakan metode yang efektif dan populer untuk memperoleh pengakuan dan informasi lainnya.
Struktur dan pengoperasian Judas Cradle
Bagian utama Judas Cradle terdiri dari pancang kayu yang mengarah ke atas. Bagian atasnya terdapat ujung runcing yang tajam.
Alat ini ditopang, biasanya di empat sisi, dengan balok kayu untuk membantu menjaga tiang utama tetap tegak meski ada beban tambahan pada korban saat alat sedang digunakan.
Sebelum disiksa, tangan dan kaki korban akan diikat sehingga tidak dapat dengan mudah memindahkan bebannya.
Kemudian, dengan menggunakan serangkaian tali dan katrol, para penyiksa akanmembuat korban ke atas.
Jika mereka mencoba mengerakkan kaki, maka tali akan ke bawah. Dan itu mengarahkan mereka kepada pancang kayu yang di atasnya terdapat ujung runcing.
Baca Juga: Misteri Panglima Burung, Sosok Gaib yang Menjaga Suku Dayak
Salah-salah, bagian bokongnya bisa tertusuk ujung runcing tersebut danakan menyebabkan rasa sakit yang mengerikan.
Korban akan dipaksa untuk berada di atas Judas Cradle selama beberapa jam hingga beberapa hari. Tergantung apakah mereka mau mengakui perbuatannya atau tidak.
Judas Cradle populer selama Inkuisisi Spanyol
Meskipun terdapat bukti bahwa Judas Cradle digunakan dalam pertunjukan karnaval sebelum abad ke-16,alat penyiksaan ini paling sering dikaitkan dengan Inkuisisi Spanyol (sekitar tahun 1492).
Judas Cradle adalah penemuan Italia yang dibuat oleh Ippolito Marsilli, seorang pengacara yang juga mendokumentasikan berbagai metode penyiksaan.
Namun di Spanyol-lah, alat inimendapatkan popularitas dan penggunaan yang luas.
Untuk menggunakanJudas Cradle, terkadang para penyiksa menggunakan metode yang berbeda-beda.
Alasannya untuk membuat penyiksaan menjadi lebih buruk.
Apalagi jika para korbanmenolak untuk mengaku atau memberikan informasi, maka mereka akan mengalami rasa sakit yang lebih parah melalui tindakan tambahan.
Salah satu cara termudah, paling efisien, dan paling populer bagi penyiksa untuk menambah rasa sakit yang ditimbulkan pada korbannya adalah dengan menambah beban pada kaki korban.
Dengan melakukan itu, mereka meningkatkan efek gravitasi. Sehingga membebani korban untuk ke bawah.
Baca Juga: KisahAlauddin Khilji, Berulang Kali Gagalkan Invasi Mongol ke India
Namun, dengan metode ini, korban kemungkinan juga meninggal dengan cepat. Karena bisa tertusuk ujung runcing.
Jika mereka tidak hati-hati, mereka akan membunuh korban sebelum mereka bisa mendapatkan pengakuan yang telah dibayar untuk diambil kembali.
Metode paling efektif yang digunakan penyiksa untuk memperpanjang waktu korban dengan Judas Cradle adalah dengan mengangkat mereka dari tiang utama untuk sementara.
Mereka akan menarik tali untuk memberi korban istirahat sejenak dari rasa sakit.
Ini jangan disalahartikan sebagai tindakan belas kasihan. Faktanya, justru sebaliknya.
Di mana mereka seperti dipermainkan dari rasa sakit ke arah rasa sakit yang luar biasa.
Dalam beberapa kasus, bukan Yudas Cradle yang membunuh korban. Sebab mereka yang selamatdari fase penyiksaan awal berisiko meninggal nanti.
Alasannya karena kondisi sanitasi buruk selama Periode Abad Pertengahan.
Perlu Anda tahu, ujung rajam Judas Cradle tidak dicuci setelah digunakan. Jadi, cairan tubuh apa pun yang menetes dari korban sebelumnya akan tetap di sana sampai korban selanjutnya.
Akibatnya, para korban yang menjadi sasaran Judas Cradle kemungkinan besar akan terinfeksi meskipun entah bagaimana mereka berhasil selamat dari siksaan.
Baca Juga: Berkedok Adopsi,Amelia Dyer Habisi Nyawa Puluhan Bayi, Caranya Mengerikan