Find Us On Social Media :

Dianggap Sumber Kebobrokan Moral, Praktik Pergundikan Diprotes Meski Menguntungkan

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 1 Januari 2023 | 13:06 WIB

(Ilustrasi) Kamp tawanan Belanda di Jakarta - Persoalan pergundikan memang bukan sesuatu yang baru

Intisari-Online.com - Persoalan pergundikan memang bukan sesuatu yang baru. 

Sejak kedatangan orang Belanda pertama kali ke Hindia Timur pada abad ke-17, gundik sudah menjadi semacam kebutuhan.

Ada yang menarik dengan kehidupan antara serdadu dengan para gundik yang tinggal dalam tangsi militer.

Para anggota KNIL direkrut dari penduduk Eropa dan pribumi.

Tetapi karena banyaknya pemberontakan dan protes yang terjadi di beberapa wilayah Hindia Belanda, pemerintah Hindia Belanda membutuhkan lebih banyak lagi serdadu.

Maka dilakukan perekrutan para serdadu baru.

Para laki-laki yang mendaftar diri untuk menjadi tentara kolonial tidak hanya datang dari Belanda

Merekai juga datang dari bagian lain Eropa seperti Jerman, Swiss, Prancis, Austria, Polandia, dan Denmark.

Perkembangan KNIL hingga September tahun 1922, KNIL membagi kekuatannya di Jawa dalam dua Divisi.

Divisi pertama dengan komandan jenderal mayor yang merangkap sebagai komandan territorial Jawa pertama dengan kedudukan sama di Waltevreden (Jakarta).

Sedangkan Divisi kedua juga dipimpin seorang jenderal mayor dan mengawasi daerah territorial Jawa kedua dengan kedudukan di Magelang.

Baca Juga: Pengembara dan Pencari Harta: Alasan Pergundikan Bukanlah Hubungan Perkawinan