Find Us On Social Media :

Tak Hanya Sedadu Kolonial, Dulu Ada Juga Pedagang China yang Mengambil Gundik Pribumi

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 16 Desember 2022 | 16:44 WIB

(Ilustrasi) Tentara Belanda sedang Memeriksa Surat-surat Perempuan Jawa

Sementara bagi pembantu laki-laki disebut sebagai ‘jongos.’

Orang-orang pribumi juga bekerja di rumah aparatur pemerintahan dan pejabat tinggi Eropa.

Biasanya orang-orang Eropa ini menempati rumah dinas yang bukan hanya mereka huni sendiri, namun disertai orang-orang pribumi sebagai pembantu rumah tangga.

Sebagian besar kaum laki-laki Eropa digundahkan oleh ketidakhadiran seorang istri yang selayaknya mengurus kehidupan sehari-hari mereka.

Oleh karena itu umumnya mereka mencari jalan keluar dengan mengawini wanita-wanita pribumi tersebut.

Bahkan golongan pedagang China yang kaya juga memelihara gundik atau nyai, meskipun hubungan pernyaian tersebut tidak dapat dibicarakan secara terbuka di dalam etika pergaulan masyarakat.

Beberapa pejabat bahkan diketahui mempunyai lebih dari satu orang nyai.

Seorang nyai bertugas mengatur rumah tangga, dan hidup bersama laki-laki Eropa yang telah mengambilnya sebagai seorang nyai.

Nyai akan tinggal bersamanya, makan dengannya, menemaninya dan tidur bersamanya.

Namun, seorang nyai tidak mempunyai derajat yang sama dengan tuannya.

Baca Juga: Mau Untungnya Saja, Lelaki Eropa Mengambil Gundik Sudah Hal Lumrah

Seorang gundik juga melahirkan anak dari laki-laki yang hidup dalam pernyaian bersamanya.

Selain yang disebut diatas, membantu untuk menghadapi iklim dan penyakit tropis adalah peranan seorang nyai bagi derdadu kolonial.

Gundik atau nyai akan mengenalkan obatobatan tradisional kepada tuan serdadu mereka.

Baca Juga: Jika 'Babu' Cantik, Maka Ia Dijadikan Gundik oleh Majikan Eropanya