Find Us On Social Media :

Ini Dia, Langkah Bijak Beri Perlindungan Anak Sesuai Pertumbuhan dan Usia

By Ilham Pradipta M., Selasa, 12 Juli 2016 | 14:00 WIB

Ini Dia, Langkah Bijak Beri Perlindungan Anak Sesuai Pertumbuhan dan Usia

Intisari-Online.com – Psikolog sekaligus penulis buku The Essential Guide to The New Adolescence pernah mengatakan, orangtua sukses adalah orangtua yang bisa mendidik anak yang bisa mengurus dirinya sendiri. Nah, lalu bagaimana langkah bijak bagi kita untuk memberikan perlindungan sejalan dengan pertumbuhan dan usia anak kita?

1.0-1,5 tahun. Si bayi tentu amat bergatung pada bujukan dan hiburan kita sebagai orangtua agar merasa nyaman. Oleh karena itu, cobalah untuk mencermati sinyal bayi kita agar bisa meresponnya denga tepat.Misalnya, saat bayi mulai melatih kemampuan motoriknya (duduk, merangkak, dan berjalan), kita mungkin terkadang sulit untuk membedakan mana sikap protektif dan protektif berlebihan.

Misalnya, ketika ia (usia 7 bulan) berdiri di dalam boks sambil memegang jeruji boks. Berarti ia ingin memberitahu kita kalau ia siap menerima tantangan fisik. Jadi, biarkanlah proses berjalan alami. Tapi, sambil melindunginya dengan tahap yang wajar.

2. 1,5 – 3 tahun. Di usia ini sang buah hati sedang lincah-lincahnya. Biasaya, ia akan melakukan penjelajahan pada barang yang ia temui di rumah. Nah, oleh karena itu, cobalah hindari kata “jangan” bila ingin melarangnya.

Contohnya, bila si anak mulai mendekati secangkir teh panas. Kita bisa mencegahnya dengan menjelaskan akibat bila ia bermain dengan teh panas tersebut.

3. 3-6 tahun. Nah, pada usia ini akan akan mulai memperlihatkan kepribadiannya. Jadi, sesuaikanlah sikap kita dengan kepribadiannya tersebut. Misalnya, anak yang berani dan aktif, akan butuh bantuan kita untuk mengendalikan keaktifannya. Lain halnya dengan anak penakut yang membutuhkan dorongan kita untuk membangun kepercayaannya.

4.6-9 tahun. Di masa inilah waktu yang penting untuk pencapaian keterampilan intelektual dan sosial. Kita sebagai orangtua perlu mengurangi aturan yang terlalu mengekang kebebasan anak.

Sudah bukan saatnya lagi orangtua mengatur jam main dan jam mengerjakan PR. Jadi, biarkanlah ia memiliki tanggungjawabnya sendiri terhadap sekolah. Cobalah untuk jangan terlalu membantunya saat dirinya mengerjakan PR.

(Intisari/Ari Lukmawan – kontributor)