Penulis
Intisari-Online.com - Hal yang lumrah pada era peradaban kuno bagi para penguasa danelite masyarakat untuk memiliki gundik atau selir.
Tujuan memiliki gundik atau selir yakni untukmeningkatkan prestise pria, salah satunya melalui kemampuannya untuk menghasilkan anak.
Meski begitu,kepemilikan akan gundik jugakesempatan tak terbatas untuk memanjakan hasrat seksual mereka.
Posisi wanita bagi seorang raja bukan semata untuk mencari kepuasan seksualitasnya saja, melainkan untuk kepentingan legitimasi kekuasaan.
Apabila sudah diangkat sebagai raja, seseorang dituntut mampu mengayomi seluruh rakyat yang berada pada daerah kekuasaan raja.
Jadi tidak hanya sebagai orang biasa yang memimpin melainkan menjadi pribadi yang kuat baik secara moral maupun secara spiritual.
Salah satu usaha yang ditempuh seorang raja adalah dengan memiliki wanita.
Selain memberikan keturunan, wanita juga berfungsi sebagai penambah kekuatan spiritual bagi raja.
Semakin banyak wanita berada dipangkuan raja maka akansemakin bertambah besar kekuatan yang dimiliki raja.
Sebab untuk mendapatkan suatu legitimasi kekuasaan, raja menjadi objek kehormatan keagamaan yaitu memiliki prioritas untuk mendapatkan kekuatan supranatural (kesakten) yang dibenarkan untuk menjalankan kekuasaan.
Keinginan raja untuk memiliki wanita ternyata tidak bertepuk sebelah tangan, dari pihak wanita juga mempunyai keinginan akan posisi sebagai istri raja.
Seorang wanita Jawa berlomba untuk mendapatkan kedudukan, dengan kata lain.
Mereka bersaing mencari perhatian raja agar dapat dipilih sebagai pendamping raja.
Persaingan yang dilakukan para wanita khususnya wanitadengan status sosial rendah, berkeinginan untuk meningkatkan jenjang kelas sosial.
Status sebagai pendamping raja, kedudukan hanya sebagai selir atau gundik namun para wanita berkesempatan untuk tinggal di lingkungan keraton dengan segala fasilitas yang tidak didapatkan para wanita di luar istana.
Keinginan yang mereka harapkan, kelak akan memberikan keturunan laki–laki kepada raja, sebab apabila dapat memberikan keturunan laki – laki maka status sosial selir atau gundik akan naik.
Status ternyata tidak mengurangi rasa percaya diri bagi seorang wanita yang sudah dipilih raja untuk menjadi istri selir.
Suatu rasa bangga yang ditunjukkan seorang selir kepada beberapa istri raja yang resmi apabila bisa menemani raja pada waktu istirahat.
Dari gambaran nyata telah membuktikan bahwa kekuasaan raja sebagai senjata utama untuk mendapatkan segalanya.
Sebab terdapat suatu pendapat yang menyatakan, bahwa konsep lelaki ideal dalam imajinasi Jawa harus memiliki benggol (uang) dan bonggol (kejantanan seksual).
Baca Juga: 'Kehidupan Ranjangnya' Dingin, Wenxiu Jadi Satu-satunya Gundik yang Ceraikan Kaisar China
(*)