Penulis
Intisari-Online.com – Kita semua tentu akan khawatir bila buah hati dilanda demam. Biasanya, kita akan langsung membawanya ke rumah sakit atau mengompresnya kalau demannya tidak terlalu tinggi. Sebelumnya, anak dikatakan demam bula suhu ketiaknya lebih dari 37,8°C. Atau suhu lubang anusnya 38,4°C.
Sebenarnya, terhadap kepentingan tubuh demam bukanlah hal yang buruk. Pada keadaan demam, aktivitas kekebalan tubuh berada pada kemampuan yang diperlukan. Saat itu, sel darah putih berkumpul di tempat infeksi yang sedang terjadi. Jadi, tak perlu terlalu panik, terutama bila anak tidak memperlihatkan keluhan lain, seperti rewel atau nyeri.
Selidik punya selidik, orang tua kadang-kadang sering keliru mengambil tindakan pertolongan ketika menghadapi demam pada anak. Baik dalam pengobatan maupun dalam mengompres. Kita juga perlu tahu sebelumnya, kalau demam tak akan selalu turun setelah satu dua kali pemberian obat demam.
Bila ingin memberi anak obat, kita bisa memilih obat penurun deman yang memiliki aneka rasa untuk anak-anak. Biasanya, obat penurun demam paling dikenal orang adalah parasetamol dan ibuprofen. Pemberian pereda demam akan lebih baik bila ditunjukan untuk meredakan keluhan sakitnya. Bukan sekadar untuk demamnya saja.
Nah, tingkat demam yang tinggi bisa mengganggu proses metabolisme tubuh. Oleh karena itu diperluka cara lain untuk meredakannya, yaitu kompres. Suhu dingin kompresan diharapkan mampu menurunkan suhu yang dibawa oleh aliran darah.
Maka dari itu, akan lebih baik bila pengompresan dilakukan pada bagian tubuh yang memiliki pembuluh darah yang lebih besar. Seperti di lipat paha, ketiak, atau leher. Bukannya di dahi seperti dalam film-film.
(Intisari Extra – dr. Waldi Nurhamzah)
Temukan artikel lengkap tentang “Kekeliruan Mengompres Anak Demam” di Majalah Intisari edisi Extra – Keluarga Sehat, Keluarga Hebat