Penulis
Intisari-Online.com - Muncul rumor bahwa China tengah berada di tengah kudeta militer.
Melansir Newsweek, di antara rumor yang beredar adalah bahwa Li Qiaoming, seorang jenderal Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), militer China, telah menggantikan Xi.
Rumor tersebut ramai diperbincangkan di media sosial Twitter.
Menurut sejumlah postingan di media sosial negara Tirai Bambu itu, Xi Jinping telah dicopot dari posisinya sebagai Kepala Tentara Pembebasan China (PLA).
Selain itu, Presiden China tersebut dirumorkan menjadi tahanan rumah.
Salah satu cuitan datang dari Gordon Chang, seorang ahli tentang China dan penulis buku 'The Coming Collapse of China', pada hari Sabtu.
Ia menulis di media sosial Twitter, "Berkurangnya berita dari #China selama beberapa jam terakhir menunjukkan bahwa rumor kudeta tidak benar,
"Tetapi apa pun yang terjadi di dalam militer #China selama tiga hari terakhir, ternyata sesuatu yang tidak biasa terjadi, memberi tahu kami bahwa ada turbulensi di dalam kepemimpinan senior #PKC."
Ada pula yang mengklaim kendaraan perang PLA telah mulai bergerak ke Ibu Kota Beijing.
“Kendaraan militer #PLA mulai bergerak ke #Beijing pada 22 September. Dimulai dari Huanlai di dekat Beijing dan berakhir Zhangjiakou, Provinsi Hebei, seluruh arak-arakan sepanjang 80km.
"Sementara itu, rumor mengatakan bahwa #XiJinping ditahan setelah senior #PKC memecatya sebagai kepala PLA,” cuit Jennifer Zheng dikutip dari NDTV.
Selain itu, juga banyak laporan yang tak bisa diverifikasi mengenai tak adanya pesawat komersial yang terbang di atas Beijing.
Mengenai rumor kudeta di China, hingga kini belum ada dari partai penguasa, Partai Komunis China, atau media negara yang memberikan konfirmasi.
Namun, sejumlah pakar China mengklaim belum ada tanda-tanda terjadinya kudeta di luar komentar di media sosial.
Aadil Brar, seorang ahli di China mengatakan bahwa Xi Jinping bisa dikarantina setelah kembali dari Uzbekistan, yang akan menjelaskan ketidakhadirannya dari urusan publik.
Spekulasi mengenai kudeta yang dialami Xi Jinping muncul setelah China memberikan hukuman mati kepada dua mantan menteri, pekan ini.
Soal isu kudeta terhadap Presiden Xi Jinping sebenarnya bukan kali ini saja terdengar.
Pada 2017 lalu, seorang pejabat tinggi China pernah mengklaim bahwa beberapa anggota tinggi Partai Komunis telah merencanakan untuk merebut kekuasaan dari Presiden Xi Jinping.
Melansir bbc.com (20/10/2017), anggota partai tersebut sejak saat itu telah ditangkap atau dipenjara dalam tindakan keras terhadap korupsi yang diluncurkan oleh Xi.
Sementara itu, beberapa pengamat mengatakan tindakan keras itu digunakan untuk melakukan pembersihan politik terhadap lawan-lawan Xi.
Dilaporkan bahwa lebih dari satu juta pejabat telah dipenjara atau ditangkap dalam pemberantasan korupsi yang dimulai tak lama setelah Xi mengambil alih kekuasaan pada 2012.
Tindakan keras yang diambil telah membuat banyak orang berspekulasi bahwa beberapa penangkapan bermotif politik dan bagian dari strategi keseluruhan Xi untuk mengkonsolidasikan kekuasaan.
Xi Jinping sendiri menjadi Presiden Republik Rakyat China sejak 2012, dan hingga kini telah menjalankan dua periode masa kepemimpinan.
Meski begitu, kini ia bisa kembali menjabat bahkan setelah masa jabatannya selesai pada 2023.
Hal itu memungkinkan setelah Badan Legislatif China secara resmi menghapuskan batas masa jabatan kepresidenan di Maret 2018 lalu.
Untuk diketahui, sebelumnya dalam aturannya presiden negara tersebut hanya menjabat dua kali masing-masing lima tahun.
(*)