Find Us On Social Media :

Indonesia dan Malaysia Mendadak Disandingkan, Dua Negara Asia Tenggara Ini Disebut-Sebut Paling Mudah 'Terhasut' Isu Miring Soal China, Bumbu 'Agama' Hingga Kehadiran Etnis Tionghoa Jadi Pemicunya?

By Afif Khoirul M, Kamis, 15 September 2022 | 15:25 WIB

Presiden RI Jokowi dan Presiden China Xi Jinping. Utang Indonesia ke China bertambah setelah suntikan dana ini dikucurkan

Intisari-online.com - Di Asia Tenggara, Indonesia dan Malaysia disebut sebagai negara yang rentan terhadap kampanye pengaruh Beijing dari awal 2019 hingga akhir tahun lalu.

Sementara Filipina disebut lebih tangguh, menurut laporan baru oleh Freedom House, sebuah organisasi nirlaba yang berkantor pusat di Washington.

"Pemerintah China, di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping, mempercepat kampanye besar-besaran untuk mempengaruhi outlet media dan konsumen berita di seluruh dunia," kata laporan itu.

"Sementara beberapa aspek dari upaya ini menggunakan alat diplomasi publik tradisional, banyak lainnya yang terselubung, koersif, dan berpotensi korup," ujar laporan itu dalam memberikan gambaran tentang pengaruh media Beijing di seluruh dunia.

"Semakin banyak negara telah menunjukkan perlawanan yang cukup besar dalam beberapa tahun terakhir, tetapi taktik Beijing secara bersamaan menjadi lebih canggih, lebih agresif, dan lebih sulit untuk dideteksi," katanya.

Menurut laporan Freedom House, Indonesia dan Malaysia yang berpenduduk mayoritas Muslim termasuk di antara setidaknya 16 negara yang ditemukan rentan terhadap dorongan pengaruh Beijing.

Wartawan, influencer, pemimpin Islam, politisi, dan mahasiswa Indonesia dan Malaysia berpartisipasi dalam perjalanan yang disubsidi Beijing ke Xinjiang yang menyajikan perspektif wilayah yang dikendalikan oleh negara.

Beberapa dari mereka yang mengulangi poin pembicaraan Beijing termasuk penolakan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang Uygur Autonomous Region (XUAR), kata laporan itu.

Upaya itu tidak menenangkan kekhawatiran populasi Muslim di negara-negara Asia Tenggara, menurut laporan itu.

Freedom House mengatakan banyak orang Indonesia sebagian besar skeptis terhadap China, sementara liputan media lokal tentang Xinjiang tetap kritis karena laporan pelanggaran di XUAR telah menjadi viral di media sosial.

Sementara upaya pengaruh pemerintah China meningkat dengan kesepakatan baru antara media pemerintah kedua negara, laporan tersebut mengatakan jumlah orang Indonesia yang menyebut China sebagai "kekuatan revisionis" telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Sementara di Malaysia, di mana seperempat populasinya adalah etnis Tionghoa, orang-orang skeptis terhadap narasi Beijing.