Penulis
Intisari-online.com - Reka ulang pembunuhan Brigadir J menguak sejumlah fakta dan adegan yang belum diketahui publik.
Ada beberapa fakta dalam kasus tersebut, disertai dengan keterangan para saksi.
Salah satunya yang cukup menarik perhatian adalah peran Kuat Ma'ruf dalam pembunuhan Brigadir J.
Kuat Ma'ruf adalah satu-satunya orang sipil yang terseret dalam kasus pembunuhan Brigadir J.
Tak hanya itu, dia menjadi sosok orang yang mengancam korban sehari sebelum terjdinya penembakan di rumah dinas Ferdy Sambo, di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Ancaman yang dilakukan Kuat Ma'ruf tersebut menggunakan dua bilah pisau.
Dalam rekonstruksi terungkap Kuat Ma'ruf menyerahkan dua bilah pisau dan handy talky (HT) kepada saksi bernama Prayogi.
Prayogi merupakan sosok ajudan Ferdy Sambo yang lainnya.
Kemudian, Kuat Ma'ruf melarang Yosua, untuk naik ke atas menemui Putri Candrawathi, karena membuat Putri sakit.
Jika dia nekat naik ke atas maka akan dibunuh.
Ancaman tersebut kemudia diperkuat dengan pernyataan Kabareskrim Komjen Agus Andrianto.
"Kan banyak info keterangan pacar almarhum J yang menyatakan diancam skuad lama," katanya.
"Si Kuat, orang lama yang mengancam kalau almarhum J naik ke atas," jelas Agus, Rabu (31/8).
Keterangan Agus berdasarkan pernyataan para saksi yang telah diperiksa oleh Polri.
Agus menyebut, pisau tersebut hanya digunakan Kuat untuk mengancam Brigadir J dan tidak sampai dilakukan kontak fisik dengan pisau tersebut.
Entah ada hubungannya atau tidak, namun Brigadir J pernah menyampaikan curhatannya pada kekasihnya Vera.
Brigadir J mengatakan istilah skuad lama yang mengancamnya.
Namun, menurut penyelidikan Komnas HAM, Skuad lama tersebut, bisa diartikan dengan Si Kuat.
Sementara alasan Kuat Ma'ruf berani ancam Brigadir J yang seorang polisi diketahui karena dia adalah orang lama.
Kuat Ma'ruf telah bekerja bersama Ferdy Sambo selama 14 tahun, sejak Ferdy Sambo di AKBP.
Kemudian, selama itu dia juga telah menjadi orang kepercayaan mantan jenderal bintang dua tersebut.
Menurut Ketua Komnas HAM, Taufan Damanik, mengatakan Kuat Ma'ruf merasa emosional karena mengetahui peristiwa tidak senonoh di rumah Ferdy Sambo di Magelang.
"Setelah mengetahui ada peristiwa tidak senonoh itu," ucapnya.
"Nggak tau dia cuma marah, ngak ada perintah, memang pisau itu tergeletak di situ tapi itu rangkaian peristiwa saja," katanya.
Pisau Kuat Ma'ruf terungkap dalam rekonstruksi pembunuhan Brigadir J, yang digelar di rumah Ferdy Sambo, Selasa (30/8).
Dalam reka ulang adegan digambarkan, Kuat Ma'ruf mulanya berada di ruang tengah lantai satu rumah Sambo saat Brigadir J ditembak.
Dia melihat langsung proses eksekusi di mana Sambo memerintahkan Richard Eliezer atau Bharada E menembak Yosua.
Selain Kuat, di ruangan itu terdapat ajudan Putri Candrawathi yang kini juga telah ditetapkan sebagai tersangka, Ricky Rizal atau Bripka RR.
Sesaat setelah Brigadir J tewas, Kuat keluar dari rumah Sambo.
Dia menuju jalan di depan rumah mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) itu.