Find Us On Social Media :

Pantas China Mencak-Mencak Saat Amerika 'Bisikan' Hal Ini Pada Indonesia, Sampai China Menuduh AS Menabur Preselisihan di Asia-Pasifik, Sampai Singgung Kelicikan AS Pada Perang Dunia II

By Afif Khoirul M, Minggu, 31 Juli 2022 | 13:25 WIB

Seperti ini kekuatan militer Indonesia vs militer China.

Intisari-online.com - Pejabat tingkat tinggi AS, mulai dari politisi hingga panglima militer, memulai tur cuci otak baru di kawasan Asia-Pasifik.

Selama perjalanannya ke Indonesia pada hari Minggu (24/7), Mark Milley, Kepala Staf Gabungan AS, mengatakan bahwa militer China telah menjadi "secara signifikan dan terasa lebih agresif."

Mengutip media China Global Times, ini karena jumlah intersepsi oleh pesawat dan kapal China di kawasan Pasifik dengan AS dan sekutunya meningkat.

Juga pada hari Minggu (24/7), media Barat menghebohkan bahwa Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman dan duta besar AS untuk Australia Caroline Kennedy berencana mengunjungi Kepulauan Solomon pada bulan Agustus, dengan tujuan untuk mendorong kembali pengaruh China.

Kunjungan Milley ke Indonesia adalah yang pertama oleh seorang jenderal top AS sejak 2008.

Waktunya tampaknya diatur dengan hati-hati mengingat fakta bahwa kunjungan Presiden Indonesia Joko Widodo ke China dimulai pada hari Senin.

Sedangkan Kunjungan Sherman dan Kennedy yang akan datang ke Kepulauan Solomon dipenuhi dengan mentalitas utilitarian.

Selama beberapa dekade, pulau-pulau Pasifik belum menerima perhatian diplomatik tingkat tinggi dari Washington.

Baca Juga: Laut China Selatan Kembali Panas Gegara 'Ulah' Pejabat AS Ini, Amerika Siap Kirim Jet Tempur hingga Kapal Perang ke Wilayah Itu, Siap Perang?

Tetapi tepat setelah China menandatangani kesepakatan dengan Kepulauan Solomon, orang Amerika mulai mengunjungi negara pulau itu satu demi satu.

Baik itu kunjungan Milley atau Sherman dan Kennedy, mereka semua berbagi satu tujuan, yaitu menjelekkan China dan jika mungkin, mengubah negara-negara regional melawan China.

Tetapi negara-negara kawasan sangat menyadari apa arti retorika seperti "China menjadi lebih agresif" ketika AS merentangkan tangannya terlalu jauh.