Find Us On Social Media :

‘Ketika Kita Mati, Jangan Cari Makamnya di Bumi, Tapi Temukan di Hati Manusia’, Kehilangan Guru dan Temannya, Jalaluddin Rumi Tuangkan Dalam 40.000 Puisi yang Dianggap Sebagai Quran Berbahasa Persia

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 21 Juli 2022 | 10:25 WIB

Jalaludin Rumi, atas kehilangan guru dan temannya, dia tuangkan ke dalam 40.000 puisinya.

Intisari-Online.com – Siapakah pria yang memiliki popularitas di Barat sejak awal abad ke-21 ini, siapakah Jalaluddin Rumi?

Jalaluddin Rumi atau Jalal al-Din Rumi lahir pada 30 September 1207 di kota Balkh, yang sekarang berada di Afghanistan.

Dia tinggal besama keluarganya di ujung timur jauh Kekaisaran Persia dan dibesarkan dalam tradisi keluarganya sebagai ahli hukum Islam.

Ayahnya Bahauddin Walad dianggap seabgai ‘Sultan Ulama’.

Balkh merupakan pusat budaya dan tasawuf Persia.

Di tempat inilah Rumi bertemu dengan penyair Persia Fariduddin Attar dan Sani, selain ayahnya adalah pengaruh terpenting pada pemuda itu.

Ketika bangsa Mongol yang dipimpin oleh Jenghis Khan mulai menyerang, keluarga itu pindah 2.000 mil ke barat ke Konya di Anatolia.

Dalam perjalanan ke Konya itu, keluarga tersebut melakukan ziarah ke Mekah dan bertemu idola Rumi, yaitu Fariduddin Attar, di kota Nishapur di Iran.

Attar mengenali bakat anak berusia delapan belas tahun itu dan memberi Rumi bukunya Asrarnama, atau Kitab Tuhan, sebuah buku tentang keterjeratan jiwa di dunia material.

Pertemuan dan pekerjaan Attar ini rupanya memiliki pengaruh besar pada kehidupan dan pekerjaan Rumi di kemudian hari.

Di Konya, Bahauddin menjadi kepala madrasah, atau sekolah agama.

Lalu, ketika dia meninggal pada tahun 1231, Rumi yang berusia dua puluh lima tahun menggantikan ayahnya.