Penulis
Intisari-Online.com - Warga Garut baru-baru ini dihebohkan dengan penemuan ikan raksasa pasca banjir melanda wilayah tersebut.
Untuk diketahui, banjir dan longsor melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Garut, Jawa Barat pada Jumat (15/07/2022).
Mengutip kompas.com, Bupati Garut Rudy Gunawan memperkirakan sekitar 2.000 rumah warga terdampak.
"Rumah yang terdampak saya perkirakan tidak lebih dari 2.000 rumah, tapi yang rusak sampai hilang sekitar 15," jelas Rudy usai membuka rapat penanggulangan bencana di kantor BPBD Garut, Sabtu (16/7/2022).
Pascabencana banjir melanda wilayah tersebut, warga di Garut malah digegerkan dengan penemuan ikan raksasa yang diduga oleh warga sebagai ikan Arapaima.
Foto dan video ramai diunggah warga ke media sosial, memperlihatkan ikan raksasa yang ditemukan warga Garut tersebut.
Temuan ikan berukuran raksasa di Garut itu oleh warga diduga jenis ikan Arapaima, ikan raksasa yang berasal dari Amazon, Amerika Selatan.
Dalam video yang diunggah akun instagram @infojawabarat, terlihat ikan raksasa dikerumuni sejumlah warga dari dewasa hingga anak-anak.
Ikan tersebut terlihat berada di jalan pavingblok dan dipegangi sejumlah pria dewasa.
Terlihat juga sisik ikan berukuran besar tersebut sudah terkelupas.
Terdengar suara dari video tersebut warga berbicara dengan bahasa sunda.
"Beratnya satu ton," celetuk seorang warga.
"Korban banjir," kata warga lainnya.
"Ini nih ikan Amazon," ujar warga lainnya lagi.
"Arapaima," ucap warga lainnya.
Berdasarkan keterangan, ikan tersebut ditemukan warga di daerah Cipejeuh, dekat Dayeuhandap, Garut.
Ikan raksasa yang ditemukan warga Garut disebut ikan Arapaima, seperti apa ikan Arapaima dari Amazon?
Terlepas dari apakah ikan raksasa yang ditemukan warga Garut benar ikan Arapaima atau bukan, ternyata ikan Arapaima sendiri merupakan ikan yang disebut sebagai predator yang sangat berbahaya.
Ikan Arapaima juga dilarang di Indonesia, hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 41 Tahun 2014.
Dikutip dari National Geographic, Arapaima memiliki nama lain paiche atau pirarucu yang berhabitat di sungai hutan hujan dan rawa di Amazon, Amerika Selatan.
Arapaima merupakan salah satu spesies ikan air tawar terbesar di dunia. Ikan ini dapat tumbuh hingga sepanjang 15 kaki (4,5 meter) dan beratnya dapat mencapai 440 pon (199,581 kilogram).
Meskipun sampai sekarang belum ada lagi laporan Arapaima sebesar itu, umunya Arapaima memiliki panjang 6 kaki (182 sentimeter) dan berat 200 pon (90 kilogram).
Selain memiliki tubuh yang panjang dan berat, ikan ini juga memiliki kepala runcing.
Diketahui ikan Arapaima berwarna hijau tembaga, bermulut terbalik, bersisik hitam serta bergaris putih, dan memiliki tubuh yang ramping.
Siripnya membentang dari punggung sampai ke ekor merahnya yang besar.
Di Brasil, Arapaima disebut pirarucu yang berarti "ikan merah".
Arapaima menghirup udara,sehinggamembuat ikan tersebut hanya dapat bertahan di bawah air selama 10-20 menit.
Arapaima pun cenderung tinggal di dekat permukaan air dan muncul ke permukaan untuk bernapas.
Ikan ini bertahan hidup dengan memakan ikan, serangga, dan buah-buahan serta biji-bijian.
Selain itu, predator ganas ini juga dapat melompat ke luar air untuk menangkap burung, kadal, dan primata kecil yang tergantung rendah di pohon.
Terkait larangan ikan Arapaima di Indonesia, karena ikan ini dianggap sebagai ikan predator yang berbahaya jika beredar di perairan Indonesia.
Dilansir dari laman Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), di Indonesia masuknya ikan Arapaima diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 94 Tahun 2016 tentang Jenis Invasif, yaitu spesies asli atau bukan yang mengkolonisasi suatu habitat secara masif sehingga dapat menimbulkan kerugian terhadap ekologi, sosial, dan ekonomi.
Selain itu, juga diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 41 Tahun 2014 tentang larangan pemasukan jenis ikan berbahaya dari luar negeri ke dalam wilayah Indonesia.
Disampaikan Susi Pudjiastuti, Menteri KKB kala itu, ikan ini dapat mengurangi jumlah ikan di sungai dan danau, yang mana hal inipun dapat mempengaruhi jumlah tangkapan ikan warga dan nelayan.
“Bisa betul-betul menghabisi sumber daya ikan yang dibutuhkan oleh masyarakat,” ujarnya dalam gelaran konferensi pers yang dilaksanakan secara teleconference di Jakarta, Kamis (28/6/2018).
(*)