Find Us On Social Media :

Jepang Panas Dingin, Tiba-Tiba Rusia dan China Bentuk Aliansi Gabungan Jadikan Negeri Samurai Sebagai Tergetnya, Memang Apa 'Dosa' Jepang Sampai Diincar China dan Rusia ?

By Afif Khoirul M, Kamis, 14 Juli 2022 | 06:55 WIB

ilustrasi militer China

Intisari-online.com - Peningkatan aktivitas militer China dan Rusia di dekat Jepang bisa menjadi tanda bahwa kedua negara meningkatkan kerja sama militer.

Dengan tujuan untuk menghadapi Tokyo, di tengah meningkatnya ketegangan di dunia berbahasa Jepang, Taiwan, dan konflik di Ukraina.

Setelah lima kapal angkatan laut Rusia berlayar dekat dengan Jepang bulan lalu, tiga kapal Rusia lainnya, termasuk sebuah kapal perusak, sebuah fregat dan sebuah kapal logistik, memasuki zona tambahan 24 mil laut di sekitar Senkaku (Kepulauan Senkaku).

Salah satu kapal perang Rusia memasuki perairan sekitar Kepulauan Senkaku dengan kapal fregat China.

Ini adalah pertama kalinya kapal Rusia dan China muncul di daerah itu bersama-sama sejak Juni 2016, memicu protes keras dari Tokyo.

Tak berhenti sampai di situ, kapal intelijen Rusia memasuki kawasan lepas Pulau Okinotori, wilayah paling selatan Jepang pada 6 Juli lalu.

Ini adalah pertama kalinya Kementerian Pertahanan Jepang mempublikasikan informasi tentang pergerakan kapal perang Rusia di perairan sekitar 1.700 km selatan Tokyo.

Dalam beberapa minggu terakhir, banyak kapal perang dan kapal penjaga pantai China juga berulang kali memasuki perairan sekitar Kepulauan Senkaku.

Baca Juga: Letaknya Tak Jauh dari Indonesia, China Dikabarkan Bakal Bangun Pangkalan Militer Baru, Australia dan Sekutunya Waspada Penuh

Di langit, pesawat Rusia dan China melakukan patroli militer bersama di dekat wilayah udara Jepang, termasuk pengebom strategis jarak jauh.

Menurut Japan Times, Tokyo memiliki alasan untuk mengkhawatirkan kerja sama militer yang lebih dalam antara Rusia dan China.

Aktivitas militer Rusia yang meningkat di dekat Jepang memiliki dampak psikologis yang jelas, membuat Jepang kehilangan lebih banyak sumber daya untuk dipantau, kata James Schoff, seorang ahli di US Sasakawa Peace Foundation.