Find Us On Social Media :

Sejarah Kerajaan Demak; Jelaskan Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Demak, Hingga Mencapai Kejayaan dan Mengalami Kemunduran, Serta Peninggalan Kerajaan Ini

By K. Tatik Wardayati, Senin, 11 Juli 2022 | 17:55 WIB

Latar belakang berdirinya Kerajaan Demak, masa kejayaan dan kemunduran, dan peninggalannya.

Intisari-Online.comKerajaan Demak atau Kesultanan Demak merupakan salah satu kerajaan terpenting di pulau Jawa, inilah latar belakang berdirinya Kerajaan Demak.

Latar belakang berdirinya Kerajaan Demak, dimulai dari berlindungnya kerajaan ini di bawah wilayah kekuasaan Majapahit.

Ketika Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur runtuh, Demak dan daerah lainnya memisahkan diri.

Kerajaan Demak menjadi cikal bakal kerajaan Islam di Jawa, bahkan Nusantara.

Dalam buku sejarah yang ditulis oleh Nana Supriatna disebut bahwa Kerajaan Demak ada pada awal abad ke-16.

Dengan pendirinya adalah Raden Patah, seorang putra mahkota Majapahit.

Raden Patah merupakan putra Raja Terakhir Majapahit Brawijaya V dari seorang permaisuri bernama Siu Ban Ci, yang adalah keturunan Tionghoa, namun telah memeluk agama Islam.

Raden Patah yang memiliki nama lain Raden Bagus Kasan, memimpin Kerajaan Demak dari tahun 1500 hingga 1518 M.

Dia diberi gelar Panembahan Jin Bun dari bahasa Tionghoa yang berarti orang kuat.

Di bawah kepemimpinan Raden Patah, Kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa, yaitu melalui pengaruh Wali Songo, yang pergi dari desa ke desa, dari daerah ke daerah untuk mengajarkan Islam.

Setelah kepemimpinan Raden Patah, Kerajaan Demak mengalami beberapa periode pergantian raja, dengan wilayah yang semakin luas, meliputi sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Inilah lima raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak, yang masing-masing memiliki karakter berbeda dalam kepemimpinan mereka.

1. Raden Patah

Raden Patah memerintah Kerajaan Demak dari tahun 1500-1518.

Pendiri kerajaan ini mampu membawa Demak mengalami perkembangan yang pesat, terutama dalam penyebaran agama Islam secara masih di Jawa, melalui peran Wali Songo.

Pada masa pemerintahan Radeh Patah pula, wilayah kerajaan Demak semakin luas.

Daerah yang menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Demak antara lain Pati, Rembang, Jepara, Semarang, Selat Karimata, dan beberapa wilayah Kalimantan yang merupakan bagian dari wilayahnya.

Pelabuhan penting juga dikuasai Kerajaan Demak, seperti pelabuhan Jepara, Gresik, Tuban, Sedayu, dan Jaratan.

2. Pati Unus

Raden Patah meninggal pada tahun 1518, kemudian takhta diwariskan pada putranya, Pati Unus, yang memerintah dari tahun 1518-1521.

Pati Unus dikenal sebagai panglima perang yang pemberani dan tangguh.

Pati Unus mengemban misi yang sulit, yaitu diberi amanah oleh ayahnya untuk membebaskan Malaka dari kekuasaan Portugis.

Pelayaran Kerajaan Demak juga cukup terancam oleh pelabuhan Portugis di Nusantara.

Maka dengan gagah Pati Unus berangkat melawan Portugis, tapi dengan pasukan yang tidak bersenjata.

Tanpa putus asa, putra mahkota Demak itu memblokir akses Portugis, dan upaya tersebut berhasil membuat  Portugis kehabisan makanan.

Karena keberaniannya itu, Pati Unus mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor.

Pada tahun 1521, Pati Unus gugur dalam pertempuran di Malaka.

3. Sultan Trenggono

Pati Unus tidak memiliki anak, maka kepemimpinan Kerajaan Demak dilanjutkan oleh adiknya, Sultan Trenggono, yang memimpin dari tahun 1521-1546.

Kerajaan Demak mencapai masa kejayaannya saat dipimpin oleh Sultan Trenggono, yang dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan memiliki keberanian yang besar.

Dia berhasil membuat wilayah Kerajaan Demak semakin luas, hingga mencapai Jawa Barat dan Jawa Timur.

4. Sunan Prawoto

Selanjutnya Kerajaan Demak dipimpin oleh Sunan Prawoto, yang merupakan putra Sultan Trenggono.

Pada masa kepemimpinan Sunan Prawoto ini  Kerajaan Demak berada dalam fase kemunduran.

Pada periode ini, konflik lama antara Pangeran Surowiyoto dan Sultan Trenggono memanas, dan perseteruan antara dua bersaudara itu berlanjut hingga menimpa Sunan Prawoto.

Pangeran Surowiyoto kemudian dibunuh oleh Sunan Prawoto di tepi sungai.

Kejadian ini membuat Pangeran Sekar Sedo ing Lepen menjadi julukan Pangeran Surowiyoto.

5. Arya Penangsang

Tetapi, Sunan Prawoto tidak lama berkuasa.

Pada tahun 1547, Arya Penangsang membunuh raja.

Arya Penangsang adalah anak dari Pangeran Sekar, yang kemudian naik menjadi raja kelima Demak.

Namun, kepemimpinan Arya Penangsang tidak berlangsung lama.

Para pengikutnya membunuh Pangeran Hadiri atau Penguasa Jepara, suami Ratu Kalinyamat.

Sejak kejadian itu, para adipati di bawah Demak menolak Arya Penangsang.

Adipati Pajang, Jaka Tingkir (Hadiwijaya), adalah salah satu pihak yang berkonflik dengan Arya Penangsang.

Adipati Pajang ini melakukan pemberontakan untuk mengambil alih kekuasaan Kerajaan Demak pada tahun 1554.

Namun, kematian Arya Penangsang bukan di tangan Adipati Pajang, melainkan di tangan Sutawijaya, anak angkat Jaka Tingkir.

Kerajaan Demak pun lengser setelah terbunuhnya Arya Penangsang.

Jaka Tingkir kemudian mendirikan Kerajaan Pajang dan memindahkan pusat pemerintahannya di sana.

Peninggalan Kerajaan Demak

Semasa memerintah, Kerajaan Demak meninggalkan banyak peninggalan, baik benda maupun bukan benda, yang tersebar di beberapa daerah di Jawa Tengah, antara lain:

1. Masjid Agung Demak

Masjid Agung Demak didirikan pada tahun 1479 M, merupakan salah satu masjid tua di Indonesia yang terletak di Kauman, Demak.

Raden Patah mendirikan masjid ini bersama Walisongo.

Pada abad ke-15, masjid Agung Demak menjadi tempat para ulama dan pusat pembelajaran.

Meski sudah cukup tua, masjid ini masih aktif sampai sekarang, hingga menjadi tujuan para wisatawan dalam kota maupun luar kota untuk beribadah atau ziarah.

Arsitektur Masjid Agung Demak kental dengan ornamen budaya Jawa, dengan tampilan bangunan yang sangat artistik, interiornya menggunakan bahan kayu dengan ukiran.

Di kawasan Masjid Agung Demak, terdapat museum yang merupakan arsip sejarah masjid ini.

Raden Patah sendiri beristirahat di kompleks Masjid ini, dan inilah yang membuat banyak orang datang untuk berziarah.

2. Makam Sunan Kalijaga

Peninggalan Kerajaan Demak lainnya adalah makam Sunan Kalijaga, salah satu Walisongo, yang berperan besar dalam penyebaran Islam di Jawa, khususnya di Jawa Tengah.

Selama penyebaran Islam itu, Sunan Kalijaga mengunjungi banyak tempat, dengan mandat yang sama dengan kepala daerah dan memiliki kewenangan mengatur semua urusan desa.

Keberadaan makam Sunan Kalijaga mengundang banyak orang untuk datang ke Demak untuk berziarah. Banyak orang berdoa, dan menjaga diri mereka sendiri.

3. Lawang Bledek

Lawang Bledek adalah pintu petir yang terletak di Masjid Agung Demak, yang terdapat ukiran yang menggambarkan makhluk aneh, konon merupakan bentuk petir atau bledek.

Ki Ageng Selo adalah orang yang mengukir pintu itu pada tahun 1466 M.

Menurut sumber sejarah, Ki Ageng Selo adalah tokoh yang terkenal mampu menangkap kilat ini sehingga merancang pintu tersebut dengan kekuatan gaibnya.

Ki Ageng memberikan pintu itu kepada Raden Patah untuk dipasang sebagai pintu utama Masjid Agung Demak.

Karena usianya yang sudah tua, pintunya tidak lagi dipasang, namun disimpan di museum masjid.

4. Soko Guru

Soko guru atau soko tatal adalah tiang penyangga Masjid Agung Demak, yang berjumlah 4 berbentuk kayu.

Pembuatan tiang tersebut dilakukan oleh Sunan Kalijaga, Sunan Jati, Sunan Ampel, dan Sunan Bonang.

Soko guru ini dilambangkan sebagai kerukunan atau kesatuan.

Sedangkan letaknya yang berada di tengah masjid memiliki makna kekuatan. Karena usianya yang sudah tua, dilakukan renovasi pada beberapa material masjid.

 Baca Juga: Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya Kerajaan Demak pada Akhir Abad ke-15

 Baca Juga: Kisah ‘Mas Karebet’ Alias Jaka Tingkir Jadikan Segerombolan Buaya yang Dikalahkannya Sebagai Pengawal Menuju ke Demak, Lalu Dirikan dan Bawa Kerajaan Pajang Hingga Puncak Kejayaannya

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di