Bulan Purnama Super 14 Juli 2022, Apakah Supermoon Berdampak Bagi Kesehatan Manusia?

Tatik Ariyani

Penulis

Ilustrasi Bulan Purnama Super

Intisari-Online.com - Anda perlu bersiap-siap dan jangan sampai terlewat momen untuk menyaksikan Bulan Purnama Super (Super Full Moon).

Karena, momen Bulan Purnama Super itu merupakan fenomena astronomi yang langka.

Bulan Purnama Super sendiri adalah salah satu fenomena astronomi terkait Bulan Purnama.

Pada saat itu, Bulan berada di titik terdekatnya dari Bumi atau disebut Perige.

Oleh karenanya, Bulan akan terlihat lebih besar daripada biasanya.

Melansirkompas.com pada Sabtu (9/7/2022), ada beberapa fenomena Bulan Purnama Super terjadi selama bulan Juni hingga Juli 2022.

Total ada 3 fenomena Bulan Purnama Super yang terjadi.

Yaitu Purnama Stroberi Super (Full Strawberry Supermoon), Bulan Baru Stroberi Mikro (New Strawberry Supermoon), dan Purnama Rusa Super (Full Buck Supermoon).

Fenomena Purnama Stroberi Super (Full Strawberry Supermoon) dan Bulan Baru Stroberi Mikro (New Strawberry Supermoon) sudah terjadi.

Fenomena Purnama Stroberi Super terjadi pada pada 14 Juni 2022 kemarin.

Tepatnya pukul 18.51 WIB / 19.51 Wita / 20.51 WIT, pada jarak 357.368 km.

Sementara Bulan Baru Stroberi Mikro terjadi pada 29 Juni 2022, tepatnya pukul 09.52 WIB / 10.52 Wita / 11.52 WIT, pada jarak 406.569 km.

Pada saat itu, Bulan terbit lebih lambat daripada Matahari dan permukaan bulan menghadap bumi.

Sehingga Bulan tidak terkena cahaya Matahari dan membuatnya tampak gelap.

Fenomena yang terakhir yakni Purnama Rusa Super yang akan terjadi pada 14 Juli 2022 mendatang.

Jika Anda ingin menyaksikannya, Anda bisa melihatnya pada pukul 01.57 WIB / 02.57 Wita / 03.57 WIT, pada jarak 357.418 km.

Penamaan Purnama Rusa Super hampir sama seperti Purnama Rusa Super. Di mana penamaan ini berasal dari The Farmer’s Almanac.

Sebab pada bulan Juli, rusa jantan muda mulai tumbuh tanduknya.

Yang menggembirakan, ketiga fenomena di atas termasuk Purnama Rusa Super bisa kita saksikan di Indonesia.

Anda cukup melihatnya sesuai arah terbit hingga terbenamnya bulan pada waktu yang telah disebutkan di atas.

Secara umum, Bulan akan terbit dari arah Tenggara sekitar 16-32 menit sebelum Matahari terbenam (13/7/2022) dan berada di atas ufuk sampai keesokan harinyadi berbagai wilayah Indonesia.

Selanjutnya,Bulan Purnama Rusa Super ini akan terbenam di arah Barat Daya sekitar 15-27 menit setelah Matahari terbit keesokan harinya (14/7/2022).

Terakhir, Andatidak perlu menggunakan alat bantu optik untuk melihatBulan Purnama Rusa Super.

Berbicara tentang supermoon atau bulan super, mitos yang beredar mengatakan bahwa supermoon akan berdampak buruk terhadap kesehatan.

Namun, faktanya tak ada pengaruh kesehatan yang berarti akibat fenomena supermoon.

Sejak zaman Romawi, ada anggapan bahwa bulan purnama identik bisa membuat perilaku manusia menjadi aneh dan gila.

Namun, para ahli tak menemukan bukti adanya hubungan antara perilaku dan 'supermoon' termasuk dengan kesehatan.

Meski demikian, ada beberapa teori yang menemukan hubungan antara tubuh manusia dan supermoon, melansir Coach:

1. Teori Pasang Surut

Teori ini berasal dari hipotesis gravitasi yang memengaruhi air laut dan membuat pasang naik.

Demikian pula dengan tubuh manusia yang terdiri dari 55 sampai 60 persen air.

Supermoon akan memengaruhi tubuh meski tidak signifikan dan tak berarti apa-apa.

Profesor ahli astronomi Alan Duffy dari Swinburne University, Australia mengatakan kepada Coach, "Efek maksimum dari pasang surut adalah peningkatan sekitar 10 sentimeter sehingga efeknya hanya 2 meter atau sangat kecil bagi manusia. Karena manusia tidak sebesar planet bumi, jadi kita cenderung tidak memerhatikan efek ini."

2. Brightness Theory (Teori Kecerahan)

Teori menyatakan kecerahan bulan purnama akan memengaruhi durasi dan kualitas tidur yang akan membuat suasana hati menjadi buruk dan perilaku tidak menentu.

Sebuah studi menemukan bahwa orang rata-rata tidur 19 menit lebih sedikit saat bulan purnama karena cahaya yang terang.

Namun, Duffy menyatakan efek supermoon terhadap tidur tidak begitu terlihat.

Menurutnya, lebih besar pengaruh dan bahaya cahaya dari ponsel dibandingkan dengan cahaya supermoon.

Duffy mengatakan, "Tidur kita memang tidak bisa diganggu karena cahaya lebih terang. Namun, lebih besar bahaya cahaya dari telepon genggam ketimbang supermoon itu sendiri."

Duffy pun berpendapat bahwa mitos perilaku yang berubah saat supermoon yakni karena orang-orang menantikannya.

Duffy mengatakan, "Itu setelah dikonfirmasi hanya bias saja, ketika bulan purnama, kita melihat suatu fenomena aneh atau ingin kita melihat sesuatu yang aneh."

Baca Juga: Jangan Sampai Lupa, Ini Jam dan Lokasi Menonton Bulan Purnama Super

Baca Juga: Fase Bulan Purnama Super yang Bisa Anda Tonton dengan Mata Telanjang, Jangan Sampai Terlewat

Artikel Terkait