Penulis
Intisari-Online.com -Sejarah Kerajaan Majapahit mencatatkerajaan yang didirikan olehRaden Wijaya pada 1293 ini pernah menjadi salah satu kerajaan terkuat di tanah Jawa.
Sejarah Kerajaan Majapahit juga mencatat bahwa kekuasaan kerajaan ini membentang luas di wilayah nusantara.
Perlu Anda ketahui juga dalam sejarah Kerajaan Majapahit bahwa Majapahit bukan sekedar mitos ataupun dongeng.
Jejak arkeologis membuktikan bahwa Majapahit pernah ada di wilayah nusantara dan tumbuh sebagai negara besar dan maju, serta mampu membangun peradaban.
Puncak kejayaan dan kemegahan Majapahit saat dipimpin Hayam Wuruk.
Dia naik tahta menggantikan Tribhuwana Tunggadewi pada 1350 masehi.
Melansir Kompas.com, periode surutnya kemegahan Majapahit terjadi setelah kepemimpinan Hayam Wuruk yang berakhir pada 1389 masehi.
Hayam Wuruk turun tahta. Setelah itu, Majapahit memasuki masa surut, kejayaan dan kemegahannya sirna, hingga kemudian runtuh.
Ketika Gajah Mada mangkat, jauh sebelum Hayam Wuruk wafat, Majapahit mulai memasuki periode suram.
Jadi, masa keruntuhan Kerajaan Majapahit terjadi setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk pada 1389 dan juga kematian Gajah Mada pada 1364.
Sebabnya, periode keemasan Majapahit adalah masa di mana Gajah Mada melaksanakan program politik penyatuan nusantara.
Gajah Mada diangkat sebagai patih amangku bhumi di Kerajaan Majapahit pada 1336 Masehi, masa Prabu Tribhuwana Tunggadewi.
Saat pengukuhan sebagai patih amangku bhumi, Gajah Mada menyampaikan sumpah untuk menyatukan nusantara di bawah panji Majapahit.
Gagasan penyatuan nusantara kemudian dilaksanakan oleh Gajah Mada, baik selama masa Tribhuwana Tunggadewi maupun saat Hayam Wuruk naik tahta.
Wilayah kekuasaan Majapahit bahkan melebihi dari yang dicita-citakan Gajah Mada, sebagaimana disebut dalam sumpah amukti palapa.
Namun, setelah Gajah Mada meninggal pada tahun Saka 1286 atau tahun Masehi 1364, Majapahit mulai suram.
Gagasan penyatuan nusantara yang dilaksanakan oleh Gajah Mada dan merupakan zaman kegemilangan Majapahit mulai pudar.
Penyebab Runtuh
Berbagai konflik keluarga mewarnai Majapahit setelah masa kepemimpinan Hayam Wuruk, dan berkontribusi pada runtuhnya kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya.
Di antara penyebabnya, yakni perang Paregreg.
Perang ini melibatkan antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana, sesama kerabat kerajaan.
Wikramawardhana merupakan menantu sekaligus keponakan Hayam Wuruk.
Dia diangkat menjadi raja Majapahit menggantikan Hayam Wuruk pada 1389 masehi.
Pengangkatan Wikramawardhana sebagai pemimpin Majapahit ditentang oleh Bhre Wirabhumi, putra Hayam Wuruk dari seorang selir.
Perselisihan itu akhirnya memuncak. Terjadi peperangan antara Wikramawardhana dengan Bhre Wirabhumi pada 1404 - 1406 masehi.
Wikramawardhana berhasil mengalahkan Bhre Wirabhumi. Namun, kemenangan itu tidak mampu mengentaskan Majapahit dari kemerosotan.
Dalam periode kepemimpinan Wikramawardhana, banyak daerah di wilayah kekuasaan Majapahit yang melepaskan diri tanpa bisa dicegah.
Pengaruh Majapahit yang terus melemah atas daerah-daerah kekuasaannya, diperparah dengan terjadinya wabah kelaparan pada 1426 masehi.
Belum lagi konflik antar keluarga kerajaan semasa Wikramawardhana memimpin Majapahit pada 1389 - 1429 masehi, membuat Majapahit memasuki periode suram.
Selain faktor internal, keruntuhan Majapahit juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yakni menguatnya pengaruh Dinasti Ming dan beberapa daerah bekas bawahan Majapahit.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Majapahit: 6 Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit
(*)