Penulis
Intisari-Online.com – Pada suatu hari, Birbal diundang makan siang oleh seorang pria kaya. Ia pergi ke rumah pria kaya itu dan mengetahui bahwa ruangan undangan sudah penuh orang. Tuan rumah menyambutnya dengan hangat.
“Aku tidak tahu akan ada begitu banyak tamu,” kata Birbal yang membenci pertemuan-pertemuan besar.
“Mereka bukan tamu,” kata pria kaya itu, “Mereka adalah karyawan saya, semua kecuali satu orang. Ia adalah satu-satunya tamu lain, selain Anda.”
Kemudian dilihatnya wajah licik pada pria itu.
“Bisakah Anda ceritakan manakah yang satu itu adalah tamu?” tanya pria itu.
“Mungkin aku bisa,” kata Birbal. “Coba berbicaralah kepada mereka, dan akan saya amati. Katakan kepada mereka sebuah lelucon atau sesuatu apalah.”
Pria itu menceritakan sebuah lelucon, yang Birbal pikir mungkin yang terburuk yang pernah didengarnya. Ketika pria itu selesai, semua orang tertawa terbahak-bahak.
“Yah,” kata pria kaya itu. “Saya sudah menceritakan lelucon saya. Sekarang katakan siapa tamu saya yang lain.”
Birbal menunjuk seseorang.
“Bagaimana Anda tahu?” tanya tuan rumah itu dengan kagum.
“Karyawan cenderung menertawakan setiap lelucon yang diceritakan oleh majikan mereka,” jelas Birbal. “Orang ini satu-satunya yang tidak menertawakan lelucon Anda, dan terlihat bahwa ia bosan, saya langsung tahu dialah tamu lain itu.”