Penulis
Intisari-Online.com -PertemuanPresiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenksy serta Presiden Rusia Vladimir Putin menyita perhatian banyak publik.
DiketahuiJokowi ke Ukraina pada Rabu (29/6/2022) dan menawari Zelensky jika ingin titip pesan ke Putin, yang akan dia kunjungi keesokan harinya.
Jokowi ke Ukraina dan Rusia setelah menghadiri KTT G7 di Jerman sebagai negara mitra G7 sekaligus Presidensi G20.
Kemudian saat Jokowi di Rusia, dia mengatakan bahwa sudah menyampaikan pesan Zelensky ke Putin.
"Dalam kaitan ini, saya menawarkan diri untuk membawa pesan dari Presiden Zelensky untuk Presiden Putin yang akan saya kunjungi segera," kata Jokowi sebagaimana diwartakan Kompas.com, Sabtu (2/7/2011).
“Saya menyampaikan pesan Presiden Zelensky kepada Presiden Putin,” kata Jokowi dikutip dari AFP, setelah berbicara dengan pemimpin Rusia tersebut.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Jumat (1/7/2022) mengonfirmasi ada pesan dari Zelensky untuk Putin, tetapi tidak tertulis.
Pesan Zelensky memang dibuat tidak tertulis.
"Itu bukan pesan tertulis. Hanya itu yang bisa saya katakan kepada Anda," katanya ketika ditanya oleh jurnalis media TASS tentang isi pesan Zelensky.
Serhii Nikiforov Sekretaris Pers Kantor Kepresidenan Ukraina berujar, sebenarnya jika Zelensky ingin mengucapkan sesuatu ke Putin, dia bisa melakukannya secara terbuka dalam pidato harian.
Nikiforov mengatakannya kepada media lokal Ukrainska Pravda.
Komentarnya juga dikutip media Rusia TASS.
Serhii Nikiforov lebih lanjut mengatakan, topik pembicaraan utama saat Jokowi ke Ukraina adalah blokade pelabuhan Ukraina yang membuat ekspor biji-bijian terganggu.
"Indonesia adalah salah satu pengimpor biji-bijian terbesar dari Ukraina, dan blokade pelabuhan-pelabuhan Ukraina adalah fokus utama pembicaraan antara kedua presiden (Indonesia dan Ukraina) di Kyiv," katanya.
Nikiforov menambahkan, Rusia bertanggung jawab atas terganggunya ekspor biji-bijan Ukraina itu ke Indonesia, begitu pun dengan wilayah lain di dunia.
"Inilah yang dibicarakan secara rinci dengan Joko Widodo," imbuh Nikiforov.
Selain itu,Putin mengungkap ketertarikan perusahaan dari negaranya untuk mengembangkan industri tenaga nuklir Indonesia.
Minat Rusia untuk mengembangkan energi nuklir sebelumnya juga diungkap Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobiev.
“Ada banyak area yang bisa dikembangkan lagi, terutama sektor energi tidak hanya yang konvensional tapi juga pengembangan energi hijau seperti energi air,” kata Vorobiev dalam wawancara eksklusif bersama denganKompas.combertajuk "Unlocking Podcast 05 – Lyudmila Vorobieva: G20 Should Focus on Global Economic Issues."
Walaupun kaya dengan minyak dan gas, “Negara Beruang Putih” telah lama memanfaatkan nuklir sebagai sumber energi.
Kontribusi tenaga nuklir dalam bauran energi Rusia kini mencapai 20 persen.
Adapun penerimaan publik atas pengembangannya tetap baik, meski bencana nuklir terbesar di dunia Chernobyl menjadi catatan sejarah, yang dampaknya terasa dekat dengan masyarakat Rusia.
Vorobiev mengatakan teknologi keamanan pembangkit nuklir Rusia justru telah meningkat hingga lima kali lebih kuat sejak insiden itu.
Rusia kini bahkan menjadi negara pertama di dunia yang mengembangkan Pembangkit Nuklir Terapung.
(*)