Penulis
Intisari-Online.com -PertemuanPresiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow menyita perhatian banyak publik.
Melansir Tribunnews.com, Minggu (3/7/2022),Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko membuat perbadingan saat Vladimir Putin bertemu Presiden Jokowi, Kamis (30/6/2022) dan Putin bertemu dengan Presiden Prancis Emanuel Macron beberapa waktu sebelumnya.
Lewat sebuah foto, Budiman membandingkan foto keduanya dan disebutnya dengan ‘sejarah dan bahasa tubuh tidak bohong'.
Budiman menyampaikannya ini dalam akun Twitternya @budimandjatmiko pada Kamis malam (30/6/2022) serta membagikan foto kolase tiga pertemuan Putin itu.
Di bagian atas dalam foto kolase yang dibagikan Budiman, terlihat Putin berdiskusi dengan Jokowi.
Jarak antara Putin dan Jokowi dipisahkan meja kecil yang berisikan hiasan bunga dan pulpen, serta kertas-kertas kecil.
Mereka duduk kursi. Keduanya bercengkrama, terlihat lekat dan dekat lewat sebuah sunyuman di wajah Jokowi yang sumringah.
Lantas, ia membagikan foto saat Putin bertemu Macron dan Putin saat bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz.
Dari foto keduanya, tampak Putin dengan Macron dan Olaf Scholz dipisahkan dengan sebuah meja yang panjangnya berkali-kali lipat dibandingkan saat pertemuan dengan Jokowi.
Adapun meja panjang Putin mulai viral fotonya sejak pertemuan dengan PM Hongaria Viktor Orban.
Menurut spekulasi The Guardian, penyebab memakai meja panjang adalah karena Orban tidak melakukan karantina sebelum bertemu Putin, padahal itu adalah syarat wajib untuk menemui sang Presiden Rusia. Putin dikenal paranoid tentang Covid-19.
Ia tetap menerapkan protokol kesehatan ketat dan menjaga jarak meski sudah divaksinasi lengkap termasuk booster.
Long Table Diplomacy
Menurut kolumnis Paul Dallison dalam tulisannya di Politico (11/2/2022), meja panjang Putin bertujuan agar tamu merasa tidak nyaman, termasuk tentunya demi menjaga jarak.
Menggunakan furnitur untuk membuat tamu tidak nyaman juga terjadi saat Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan menjamu Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen beserta Presiden Dewan Eropa Charles Michel di Ankara pada April 2021.
Ursula tidak mendapat kursi sehingga terpaksa duduk di sofa agak berjauhan dengan Erdogan dan Charles Michel. Peristiwa itu dikenal sebagai Sofagate.
Taktik long table diplomacy ini kemungkinan juga berpengaruh pada hasil pertemuan Putin dengan Macron.
Ketika berangkat dari Perancis, Macron dengan sangat pede menjanjikan pembicaraan intens dengan Putin untuk mencari solusi bersejarah dalam perang Rusia-Ukraina.
Namun, setelah lima jam pembicaraan di meja panjang Putin, Macron pulang dengan tangan hampa.
Menurut The Guardian, meja panjang Putin adalah unjuk kekuatan untuk menaklukkan Macron.
Walaupun identik dengan Putin, meja panjang itu sebenarnya sudah ada sejak lama di Kremlin, tepatnya saat masa pemerintahan Boris Yeltsin sebagai presiden pertama Rusia pada 1991-1999.
Saat Jokowi dan Putin berbincang, keduanya hanya dibatasi sebuah meja kecil berukuran kotak yang di atasnya ada vas bunga sebagai pemanis.
Sementara para petinggi lainnya yang dijamu dengan meja panjang Putin adalah Presiden Iran Ebrahim Raisi (19/1/2022), Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban (1/2/2022), dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres (27/4/2022).
Budiman Sudjatmikomenjelaskan, selain misi perdamaian, Jokowi juga ditipi pesan negara-negara berkembang pada Putin.
“Bahwa saat Putin menerima Pak Jokowi (dari negerinya BungKarno, sohib lama Rusia). Sejarah dan bahasa tubuh tak pernah bohong,” ujar Budiman.
“Untuk buka pasok global pangan dan pupuk yang tertutup gara-gara perang. Sudah lama Presiden RI tak dititipi aspirasi negara-negara berkembang untuk disampaikan ke negara kuat,” papar pendiri Partai Rakyat Demokratik (PRD) itu.
“Saya suka kalau pemimipin Indonesia mainnya jauh dengan percaya diri seperti ini,” ungkapnya.
(*)