Find Us On Social Media :

Ini Dia Daftar Bukti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya, Apa Saja?

By May N, Jumat, 17 Juni 2022 | 20:17 WIB

Prasasti Kedukan Bukit

Intisari - Online.com - Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha yang terletak di tepi Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan.

Pendiri Kerajaan Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanasa.

Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa.

Pada masanya, kerajaan yang didirikan pada abad ke-7 ini banyak memberi pengaruh di nusantara.

Selain mengontrol perdagangan di jalur utama Selat Malaka, kebesarannya juga dapat dilihat dari keberhasilannya di bidang maritim, politik, dan ekonomi.

Berikut ini beberapa peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya yang dapat membuktikan keberadaan dan kebesarannya.

Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya

Ini dia prasasti yang ditinggalkan oleh Kerajaan Sriwijaya.

1. Prasasti Talang Tuo

Prasasti ini tentang doa dedikasi yang menceritakan aliran Buddha yang dipakai pada masa Sriwijaya, yaitu Mahayana.

Selain itu, prasasti yang memiliki 14 baris kalimat ini menceritakan tentang pembangunan taman oleh Sri Jayanasa, yang dibuat untuk rakyat pada abad ke-7.

2. Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti ini berangka tahun 683 Masehi, ditulis dengan huruf Pallawa dan Bahasa Sanskerta.

Ditemukan pada 29 November 1920 di tepi Sungai Batang, Kedukan Bukit, Palembang, prasasti ini berisi tentang berdirinya Kerajaan Sriwijaya.

Juga tentang raja pertamanya yang bernama Sri Jayanegara, melakukan perjalanan suci menggunakan perahu bersama 20.000 tentaranya.

3. Prasasti Kota Kapur

Prasasti yang ditemukan di Pulau Bangka bagian Barat oleh J.K Van der Muelen pada 1892 ini menceritakan tentang kutukan bagi orang yang berani melanggar titah dari Raja Sriwijaya.

Prasasti Kota Kapur adalah salah satu dari lima batu prasasti kutukan yang dibuat oleh Dapunta Hyang, seorang penguasa dari Kerajaan Sriwijaya.

Berikut ini sedikit kutipan kutukan dalam Prasasti Kota Kapur sebagaimana ditranskripsikan dan diterjemahkan oleh Coédes, yaitu:

"Saramwat, pekasih, memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya, semoga perbuatan-perbuatan itu tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah melakukan perbuatan jahat itu; biar pula mereka mati kena kutuk. Tambahan pula biar mereka yang menghasut orang."

4. Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu ditemukan di kolam Telaga Biru, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang.

Isinya menyebutkan tentang kutukan untuk mereka yang berbuat jahat di kedatuan Sriwijaya.

5. Prasasti Karang Berahi

Prasasti Karang Berahi ditemukan di Desa Karang Berahi, Merangin, Jambi, pada 1904.

Isinya menjelaskan tentang kutukan bagi orang-orang yang melakukan kejahatan dan tidak setia dengan raja Kerajaan Sriwijaya.

6. Prasasti Hujung Langit

Prasasti ini ditemukan di Desa Haur Kuning, Lampung.

Meski sebagian besar tulisannya sudah sangat aus, prasasti berangka tahun 997 Masehi ini berkaitan dengan penetapan suatu daerah menjadi sima, daerah perdikan, seperti pada prasasti-prasasti yang ada di zaman Hindu-Buddha.

7. Prasasti Ligor

Prasasti Ligor ditemukan di Thailand bagian Selatan oleh Nakhon Si Thammarat.

Prasasti ini menceritakan tentang Raja Sriwijaya yang merupakan raja dari semua raja di dunia yang mendirikan Trisamaya Caitya untuk Karaja.

8. Prasasti Leiden

Prasasti Leiden ditulis pada lempengan tembaga dalam Bahasa Sanskerta serta Tamil.

Isi prasasti yang disimpan di museum Belanda ini menceritakan tentang hubungan baik dari Dinasti Chola dengan Dinasti Syailendra dari Sriwijaya.

9. Prasasti Palas Pasemah Prasasti

Prasasti ini ditemukan di pinggir rawa Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan.

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditulis dalam 13 baris dan berhuruf Pallawa dengan Bahasa Melayu Kuno.

Isi prasasti ini hampir sama dengan beberapa prasasti peninggalan Sriwijaya lainnya yang ditemukan di Lampung, yaitu tentang kutukan bagi mereka yang tidak patuh kepada penguasa Kerajaan Sriwijaya.

Baca Juga: Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut Kerajaan Maritim? Simak Jawabannya