Find Us On Social Media :

Pantas Saja Kejayaan Imperial Jepang Begitu Mumpuni, Raja-rajanya Lahir dengan Darah Dewi Matahari Amaterasu, Tapi Berhenti di Kaisar Ini

By May N, Rabu, 15 Juni 2022 | 17:22 WIB

Penggambaran Amaterasu, dewi matahari dalam agama Shinto di Jepang. darahnya mengalir dalam raja-raja Jepang

Intisari - Online.com - Agama Shinto yang dianut sebagian besar masyarakat Jepang tidak memiliki pendiri.

Ketika masyarakat Jepang dan kebudayaan Jepang mulai sadar tentang diri mereka, Shinto sudah hadir.

Shinto tidak memiliki kitab suci yang bisa dibandingkan dengan Alkitab atau Al Quran.

Satu-satunya rujukan yang bisa dipakai adalah buku Kojiki dan Nihon shoki.

Keduanya ditulis pada tahun 712 dan 720 M, dan merupakan kompilasi tradisi Shinto kuno yang disebarkan dari mulut ke mulut.

Namun buku tersebut juga merupakan buku tentang sejarah, topografi dan sastra Jepang kuno.

Banyak yang berpendapat kemungkinan doktrin Shinto disusun dari kedua buku dengan mengartikan mitos dan praktik agama yang digambarkan dalam buku tersebut.

Sebagian cerita yang mirip dengan cerita dalam mitologi Jepang ditemukan dalam mitos-mitos di Asia Tenggara, dan dalam gaya penggambaran di mitos Jepang beberapa pengaruh China bisa dikenali.

Namun inti mitologi ini tersusun dari kisah mengenai dewi matahari Amaterasu Omikami.

Dikutip dari Britannica, dewi Amaterasu adalah nenek moyang dari Rumah Tangga Kekaisaran, dan dongeng menceritakan bagaimana keturunan langsungnya menyatukan orang-orang Jepang di bawah kekuasaan mereka.

Pada awal cerita, menurut mitologi Jepang, sejumlah kami (dewa) dengan mudah muncul, dan pasangan dewa, Izanagi dan Izanami, melahirkan pulau-pulau Jepang, demikian pula dengan dewa-dewa yang menjadi leluhur berbagai klan.

Amaterasu, penguasa Takama no Hara (dataran langit tinggi); Tsukiyomi no Mikoto, dewa bulan; dan Susano O no Mikoto, penguasa wilayah, merupakan yang paling penting.