Find Us On Social Media :

10 Hari Menginap di Bandara Demi Menunggu Kekasih, Pria Ini Malah di Rumah Sakit

By Ade Sulaeman, Rabu, 3 Agustus 2016 | 18:15 WIB

10 Hari Menginap di Bandara Demi Menunggu Kekasih, Pria Ini Malah di Rumah Sakit

Intisari-Online.com - Perjuangan demi seseorang yang sangat dicintai terkadang membuat orang lain yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala. Termasuk perjuangan yang dilakukan pria Belanda, Alexander Pieter Cirk (41), ini.

Kisahnya berawal ketika Alexander mengenal seorang gadis China berusia 26 tahun lewat dunia maya.

Setelah dua bulan berkomunikasi di internet, rasa cinta tumbuh di antara keduanya, atau setidaknya itu yang ada di benak Alexander.

Bosan dengan komunikasi dunia maya dan jarak 4.500 kilometer yang memisahkan, Alexander akhirnya memutuskan untuk pergi ke China menemui kekasihnya itu.

CCTV News mengabarkan, setelah mendapatkan visa, Alexander terbang ke China dan tiba dengan selamat di bandara internasional Huanghua, Changsa.

Alexander pergi ke China tanpa memberi tahu kekasihnya yang diketahui bernama Zhang itu. Dia berniat memberi kejutan kepada perempuan muda tersebut.

Setibanya di bandara, Alexander langsung menghubungi Zhang, tetapi perempuan itu tak kunjung muncul. Tak menyerah dan yakin kekasihnya itu akan muncul, Alexander memutuskan untuk tetap menunggu di bandara.

Sayangnya, setelah 10 hari menginap di bandara, sang kekasih tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Akhirnya, Alexander malah dirawat di rumah sakit karena kelelahan.

Setelah mendengar kejadian itu, Zhang menghubungi stasiun televisi Hunan TV. Dia menjelaskan, Alexander memang mengirimkan informasi kepergiannya ke China.

Namun, Zhang mengaku, dia tak memahami arti dari foto yang dikirimkan Alexander itu. Sebab, sebelumnya mereka sepakat untuk menunggu hingga setahun sebelum benar-benar bertemu.

Spontanitas Alexander justru membuat Zhang merasa terkejut dan mengatakan tak bisa menemui Alexander karena saat itu dia berada di luar kota.

Zhang mengatakan, dia tengah menjalani operasi plastik di kota Zhengzhou, provinsi Henan, demikian dilaporkan harian South China Morning Post.