Tak Dikubur Sendirian Tapi Juga Bersama Puluhan Wanita Muda, Terungkap Melalui Makam Kaisar China Ini, Pengorbanan Nyawa Besar-besaran Dilakukan Menyusul Kematian Kaisar

Khaerunisa

Penulis

Ilustrasi. Prajurit Terakota di Pemakaman Qin Shi Huang.

Intisari-Online.com - Melalui makam kaisar pertama kekaisaran Cina dan pendiri dinasti Qin (221 – 206 SM), di provinsi Shaanxi, terungkap sebuah pengorbanan nyawa besar-besaran dilakukan menyusul kematian kaisar China.

Melansir theworldofchinese.com, di pemakaman yang berada di sebelah hampir 9.000 patung tentara terakota yang terkenal itu, para arkeolog menemukan sesuatu yang lain.

Bahwa jiwa-jiwa malang ikut menemani sang kaisar dikubur bersama tuannya, sehingga mereka dapat merawatnya di akhirat.

Itu dikenal sebagai xunzang (penguburan kurban) atau renxun (pengorbanan manusia).

Praktik tersebut dapat ditemukan di sebagian besar dinasti kekaisaran Tiongkok, bahkan hingga yang terbaru, Qing (1616 – 1911), meskipun berulang kali dicoba untuk melarangnya.

Selama ribuan tahun, ritual tersebut menyebabkan ribuan kematian.

Menurut Catatan Sejarawan Agung, sebuah sejarah Tiongkok kuno oleh sarjana Dinasti Han (206 SM – 220 M) Sima Qian, setelah Qin Shi Huang meninggal, putranya dan penerusnya Huhai memerintahkan prajuritnya untuk “mengeksekusi dan mengubur semua selir ayahnya yang tidak pernah melahirkan,”

Disebut pula bahwa itu karena “tidak pantas membiarkan mereka meninggalkan istana.”

Baca Juga: Termasuk Digunakan untuk Mengeksekusi Selir Fevorit Kaisar Jiajing, Inilah Hukuman Mati Paling Mengerikan dari Kekaisaran China

Baca Juga: Nasib Malang Selir Kaisar Wanli yang Tak Dicintai, Meski Melahirkan Pewaris Takhta Dirinya Tetap Tak Dilirik hingga Tutup Usia

Sima tidak menjelaskan secara pasti berapa banyak orang yang meninggal karena perintah itu, tetapi mencatat bahwa “itu jumlah yang besar.”

Saat ini, dari 99 makam kecil yang ditemukan para arkeolog di dalam mausoleum, 10 telah digali, dan semuanya berisi tulang belulang banyak wanita muda.

Ribuan pekerja konstruksi yang membangun makam megah untuk penguasa yang terkenal kejam itu juga menjadi korban.

Takut para pekerja itu akan membocorkan yang mereka ketahui tentang cara kerja bagian dalam makam, maka mereka dijebak di dalamnya.

Bagian dalam makam itu sendiri berisi harta yang sangat besar.

Catatan sejarah menunjukkan bahwa sekitar 720.000 orang bekerja di makam tersebut. Bahkan jika tidak semua dari mereka terbunuh, masuk akal untuk percaya bahwa jumlah korban tewas sangat tinggi.

Qin Shi Huang bukanlah penguasa pertama, juga bukan yang terakhir, yang memiliki pemakaman lengkap dengan xunzang.

Praktik ini paling terkenal terkait dengan dinasti Shang (1600 – 1046 SM).

Di Makam Raja Shang Akhir di Houjiazhuang di Yinxu (sekarang provinsi Henan), diyakini sebagai ibu kota terakhir dinasti Shang, para peneliti menemukan 164 kerangka di lubang pemakaman.

Baca Juga: Kisah Vijaya Raje Scindia, Ibu Suri Gwalior yang Sangat Religius, Ratu Politik, Namun Hubungan dengan Anak-anaknya Jadi Tidak Harmonis Karena Penerapan Ajaran Agama yang Ortodoks

Mereka mungkin dibunuh untuk menemani raja-raja yang sudah meninggal di akhirat.

Tetapi, sementara praktik itu berlanjut selama berabad-abad, suara-suara yang berbeda mempertanyakan moralitas praktik tersebut sejak periode Musim Semi dan Musim Gugur (770 – 476 SM) dan Negara-Negara Berperang (475 – 221 SM).

Tapi, kritik tersebut tidak menghentikan Duke Mu dari Negara Qin, salah satu dari "Lima Hegemoni" dari periode Musim Semi dan Musim Gugur, untuk membawa 177 orang terbunuh di pemakamannya.

Ratusan orang itu termasuk tiga pejabat setia bernama Yanxi, Zhonghang, dan Zhenhu.

Menurut sejarawan, pada dinasti Tang (618 – 907) dan Song (960 – 1279), yang dianggap sebagai dua periode paling makmur dan “beradab” di Tiongkok, kebiasaan xunzang tampaknya menghilang. Setidaknya, tidak ada catatan kasus xunzang yang ditemukan di teks sejarah resmi.

Namun, praktik ini masih tercatat di dinasti Liao (907 – 1125), Jin (1115 – 1234), dan Yuan (1206 – 1368), semuanya didirikan oleh penakluk nomaden dari utara.

Menurut History of Liao, catatan sejarah resmi yang disusun oleh sejarawan istana kemudian, ketika Yelü Abaoji, kaisar pendiri dinasti Liao (juga dikenal sebagai Kekaisaran Khitan), meninggal, permaisurinya Shulü Ping mengajukan diri untuk dibunuh bersamanya.

Tetapi permaisuri adalah tokoh penting yang bertanggung jawab atas banyak urusan negara pada saat itu, sehingga para pejabat meyakinkannya untuk tetap hidup.

Sebaliknya, permaisuri memotong tangan kanannya sendiri dan menguburnya bersama suaminya, dan juga membunuh lebih dari seratus pejabat.

Baca Juga: Firasat Kedutan Mata Kiri Bawah; Firasat Kedutan Bagian Kiri Tubuh

(*)

Artikel Terkait