Penulis
Intisari-Online.com – Luhut Binsar Pandjaitan selaku Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi akan memberlakukan pembatasan pengunjung Candi Borobudur.
Untuk itu ditetapkan tarif baru untuk tiket masuk baik bagi turis asing maupun lokal.
Tidak tanggung-tanggung, pengunjung lokal atau turis lokal diharuskan membar tiket seharga Rp750.000 untuk sekali masuk.
Menurut Luhut, penetapan tiket masuk ke Candi Borobudur dengan harga tiket Rp750.000 itu perlu dilakukan untuk membatasi jumlah kunjungan.
Dia menargetkan, jumlah kunjungan wisata ke Candi Buddha itu sekitar 1.200 orang setiap harinya.
Sedangkan untuk wisatawan mancanegara, menurut Luhut, nantinya akan dikenakan tarif 100 dollar AS atau jika dirupiahkan setara dengan Rp1.443.000 (kurs Rp14.400) atau hampir dua kali lipat dari harga tiket untuk turis lokal.
Diakui oleh Luhut, bahwa ada alasan kuat untuk menaikkan harga tiket masuk ke Candi Borobudur yang berada di wilayah Magelang, Jawa Tengah itu.
“Langkah ini kami lakukan semata-mata demi menjaga kelestarian kekayaan sejarah dan budaya Nusantara,” jelas Luhut.
Tidak hanya tiket masuk yang dinaikkan, menurutnya, semua wisatawan yang masuk ke Candi Borobudur juga diwajibkan menggunakan jasa pemandu dari warga lokal.
Saat ini, tiket masuk ke Candi Borobudur berdasarkan beberapa kategori dengan jam buka mulai pukul 08.00 sampai pukul 16.00 setiap harinya.
Untuk wisatawan lokal dikenakan tarif sebesar Rp50.000 untuk usia di atas 10 tahun, untuk anak usia 3-10 tahun dikenakan tarif masuk Rp25.000, dan anak di bawah usia 3 tahun tidak dikenakan biaya.
Sedangkan tarif khusus sebesar Rp25.000 per orang berlaku untuk rombongan pelajar dan mahasiswa.
Sementara untuk wisatawan asing dewasa diharuskan membayar sebesar Rp350.000 dan Rp210.000 untuk turis asing anak-anak.
Misteri jam raksasa Candi Borobudur
Candi Borobudur masuk ke dalam daftar keajaiban dunia karena kemegahannya, tak hanya itu terdapat hal-hal unik di seputaran Candi umat Buddha itu.
Candi Borobudur adalah sebuah bukti pendirinya, Wangsa Syailendra, yang sangat jenius dalam membangun mahakarya tersebut.
Candi Borobudur bukan hanya sekadar tempat untuk bersembahyang bagi penganut agama Buddha saja, tetapi beragam unik lain meliputi Candi tersebut, termasuk keberadaan jam raksasa.
Bermula sekitar tahun 750 M, ketika seorang arsitek bernama Gunadarma berdiri di sebuah gunung di Kerajaan Syailendra.
Di hadapannya terbentang sebuah danau yang dikelilingi tujuh gunung, dan di tengah danau itu berdiri sebuah bukit.
Dari danau tersebut mengalir sungai yang berkelok-kelok, terlihatlah sebuah pemandangan yang luar biasa indahnya.
Tetapi, dua dari tujuh gunung yang mengelilingi danau itu termasuk gunung berapi aktif, yaitu Gunung Merbabu dan Gunung Merapi.
Maka bisa disimpulkan bahwa alam Kerajaan Syailendra subur dan indah, sayangnya rawan bencana.
Gunadarma yang taat beragama Buddha, tentunya berharap kerajaannya selamat dari bencana, maka dia memikirkan sebuah cara, bagaimana bila di tengah danau itu dibangun sebuah tempat ibadat?
Maksudnya adalah agar Tuhan melindungi manusia dari bencana, maka Gunadarma merancang tempat ibadah berbentuk bunga teratai.
Bunga teratai raksasa yang mekar di tengah danau dengan dikelilingi tujuh gunung, dan pembangunan tempat ibadah itu didukung oleh Raja Syailendra, dan itu dibangun selama 92 tahun.
Ketika selesai, tempat ibadat itu memang tampak seperti bunga teratai di tengah danau, dan itulah tempat ibadat yang dinamakan Candi Borobudur.
Namun, gempa dan letusan gunung berapi membuat danau di sekitar Candi Borobudur akhirnya hilang, kemudian debu gunung berapi menyebabkan danau mengering, maka jadilah Candi Borobudur seperti yang kita lihat sekarang tidak lagi dikelilingi danau.
Ada satu misteri lain yang berhubungan dengan Candi Borobudur, yakni jam raksasa.
Candi Borobudur bisa dilihat sebagai sebuah jam raksasa, bagaimana bisa?
Candi Borobudur memiliki 72 buah stupa berbentuk lonceng terbalik, dengan yang terbesar berada di lantai teratas.
Arsitek Borobudur memakai stupa-stupa itu sebagai titik tanda jam, sedangkan jarum jamnya berupa bayangan sinar Matahari yang disebabkan oleh stupa terbesar.
Bayangan stupa terbesar selalu jatuh dengan tepat di stupa lantai bawah.
Candi Borobudur juga merupakan petunjuk arah yang sangat, tanpa perlu bantuan kompas atau GPS.
Seperti kita tahu, Matahari terbit di arah timur, namun tidak selalu tepat di titik timur, dan hanya benar-benar terbit di titik timur dalam dua kali setahun, yaitu sekitar tanggal 20-21 Maret dan 22-23 September.
Nah, arsitel Borobudur rupanya sudah mengetahui titik timur yang benar, maka Candi Borobudur dibangun menghadap titik utara dan selatan dengan sangat tepat.
Tahukah Anda, bahwa Borobudur dibangun sebelum Kamboja membangun Angkor Wat, dan sebelum orang Eropa membangun gereja Katedral yang mewah?
Bentuk candi Borobudur pun lebih rumit bila dibandingkan dengan piramida Mesir.
Bayangkan saja, batu seberat 2 ton disusun satu per satu sampai menjadi bukit berlantai 10.
Batu tersebut juga diukir dengan gambar yang sangat teliti, yang mengisahkan kehidupan rakyat Kerajaan Syailendra.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari