Jorjoran Kirim Senjata Militer ke Ukraina, Siapa Sangka Amerika Ternyata 'Haramkan' Kirim Senjata Ini ke Ukraina, Karena Dianggap Terlalu Berbahaya Jika Dipegang Ukraina?

Afif Khoirul M

Penulis

Banyak senjata yang dikirim oleh Amerika ke Ukraina, namun ada beberapa senjata yang 'haram' dikirimkan oleh Amerika ke Ukraina.

Intisari-online.com - Amerika memang menjadi negara paling banyak memberikan bantuan militer ke Ukraina, dalam perang melawa Rusia.

Banyak senjata yang dikirim oleh Amerika ke Ukraina, namun ada beberapa senjata yang 'haram' dikirimkan oleh Amerika ke Ukraina.

AS tidak akan memasok Ukraina dengan sistem rudal jarak jauh yang mampu menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia, Presiden Joe Biden menjelaskan pada hari Senin (30/5).

Ditanya oleh wartawan tentang prospek pengiriman semacam itu, Biden dengan tegas menolak kemungkinan itu.

"Kami tidak akan mengirim sistem roket ke Ukraina yang dapat menyerang Rusia," kata presiden tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Pekan lalu, beberapa media AS melaporkan bahwa Gedung Putih sedang mempertimbangkan untuk mengirim sistem roket M270 MLRS dan M142 HIMARS ke Ukraina, yang dapat memiliki jangkauan hingga 500 km.

M270 Multiple Launch Rocket System (MLRS) dan M142 High Mobility Artillery Rocket System (HIMARS).

Dua senjata itu adalah versi sistem artileri roket buatan AS yang dapat menembakkan jenis roket yang sama.

Baca Juga: Tak Terasa Perang Rusia-Ukraina Sudah Berlangsung Selama 3 Bulan, Berapa Banyak Rudal yang Digunakan Rusia Untuk Hancurkan Ukraina, Ternyata Sebanyak Ini!

Persenjataan canggih akan memungkinkan pasukan Ukraina untuk menyerang jauh ke wilayah Rusia dan berpotensi menargetkan kota-kota besar.

Pengumuman Biden pada hari Senin (30/5) disambut oleh mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev, yang mengatakan "masuk akal" untuk menghindari memasok sistem semacam itu ke Kiev.

Sebelumnya, Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov menyatakan harapan bahwa "akal sehat akan menang, dan Washington tidak akan mengambil langkah provokatif seperti itu," yang hanya akan mengarah pada "eskalasi" konflik lebih lanjut.

Moskow telah berulang kali memperingatkan Barat agar tidak "memompa" Ukraina dengan berbagai macam persenjataan.

Dengan menyatakan bahwa itu hanya akan memperpanjang permusuhan tanpa pada akhirnya tidak mengubah hasilnya.

Sehingga menimbulkan lebih banyak kerusakan pada Ukraina dan penduduknya.

Ia juga menyatakan stok senjata dari Barat di negara itu sebagai "target yang sah."

Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan akhirnya pengakuan Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.

Artikel Terkait