Find Us On Social Media :

Sejarah Islam di Indonesia: Sudah Masuk sejak Abad ke-7 Ditunjukkan oleh Berita China Zaman Dinasti Tang

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 5 Mei 2022 | 20:09 WIB

(Ilustrasi) Marco Polo - Sejarah Islam di Indonesia

Intisari-Online.com - Sejarah Islam di Indonesia pertama kali masuk masih diperdebatkan oleh para ahli hingga sekarang. 

Beberapa sejarawan menyebut abad ke-7 sebagai awal sejarah Islam di Indonesia atau Nusantara, sementara sebagian lainnya menyakini abad ke-13. 

Bukti sejarah Islam di Indonesia dimulai pada abad ke-7 Masehi ditunjukkan oleh berita China dari zaman Dinasti Tang.

Catatan tersebut menerangkan bahwa pada 674 M, di pantai barat Sumatera telah terdapat perkampungan bernama Barus atau Fansur, yang dihuni oleh orang-orang Arab yang memeluk Islam.

Terlepas dari perbedaan pendapat para ahli, berikut ini sumber-sumber sejarah masuknya Islam ke Indonesia.

Keterangan dari para pedagang Arab Menurut keterangan para pedagang dan ahli geografi Arab yang hidup pada abad ke-9 dan ke-10, Kerajaan Sriwijaya telah memiliki hubungan dagang dengan para pedagang Arab dan Persia.

Dari Sriwijaya, para pedagang Arab mendapatkan kayu gaharu, cendana, kapur barus, gading, timah, dan rempah-rempah.

Dengan demikian, diperkirakan banyak para pedagang Arab dan Persia yang menetap sementara di Sriwijaya untuk menunggu musim yang tepat untuk berlayar kembali.

Sangat mungkin pula bahwa melalui kontak bisnis, terjadi pula kontak budaya dan agama antara masyarakat lokal dengan pedagang muslim.

1. Catatan perjalanan Marcopolo

Melansir Kompas.com, berdasarkan catatan perjalanan Marcopolo, yang singgah di Perlak pada 1292 dalam pelayaran pulang ke Persia dari China, diketahui bahwa saat itu telah ada kerajaan Islam di Tumasik dan Samudra Pasai.

Kedua kerajaan tersebut menguasai perdagangan di Selat Malaka dan memiliki pelabuhan-pelabuhan penting untuk mengekspor lada ke Gujarat dan Benggala.

Pelabuhan tersebut mulai ramai pada abad ke-12, ketika Majapahit masih memiliki hegemoni di kawasan tersebut dan ketika para pedagang Islam dari berbagai bangsa telah melakukan perdagangan dengan pedagang di kawasan ini.

2. Batu nisan sultan-sultan Islam

Sumber sejarah berupa benda tentang masuknya ajaran Islam di Indonesia adalah batu nisan sultan-sultan Islam.

Bukti-bukti tersebut banyak ditemukan di Pulau Jawa dan Sumatera.

Salah satu yang dianggap sebagai bukti peninggalan tertua tentang pengaruh agama Islam di Sumatra adalah nisan makam Sultan Malik al-Saleh, pendiri Kerajaan Samudra Pasai, yang berangka 1297 M.

Sementara bukti yang memperkuat dugaan bahwa Islam mulai berkembang di Pulau Jawa, khususnya Jawa Timur, pada abad ke-11 adalah ditemukannya nisan Fatimah binti Maimun di Leran, Gresik, yang berangka tahun 1082 M.

Selain itu, terdapat jirat atau batu nisan khas Gujarat di nisan makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik.

Di daerah Jawa lainnya, terdapat jirat yang dibuat pada masa Kerajaan Majapahit, yaitu di Troloyo dan Trowulan.

Jirat tersebut menunjukkan bahwa pengaruh pemeluk Islam sudah ada di Kerajaan Majapahit.

3. Berita dari Tome Pires

Menurut berita seorang Portugis bernama Tome Pires, Pelabuhan Malaka ramai dikunjungi para pedagang dari Barat seperti Kairo, Mekkah, Aden, Persia, Turki, dan masih banyak lainnya.

Sambil menunggu proses pengangkatan dan pembongkaran barang dari kapal serta menunggu musim yang baik untuk berlayar, para pedagang tersebut menetap sementara di Malaka bersama pedagang lain dari Timur dan beberapa daerah di Nusantara.

Pertemuan ekonomi antarpedagang tersebut merupakan sarana yang paling penting dalam proses Islamisasi di Indonesia.

Para pedagang Islam yang terbuka terhadap pengaruh asing banyak belajar dari para pedagang lain mengenai kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan agama Islam.

Dari mereka, Islam menyebar ke seluruh penduduk yang tinggal di pelabuhan-pelabuhan serta pesisir.

Selain itu, catatan Tome Pires juga menyatakan bahwa Jawa Barat dan Sunda belum memeluk Islam ketika Jawa Tengah dan Jawa Timur telah didominasi oleh masyarakat muslim.

Baca Juga: Sampai Berani Bawa-bawa Sejarah Islam Bahkan Nabi, Pemimpin Iran Ini Sebut Keluarga Paling Berpengaruh Seantero Jazirah Arab Sebagai Keturunan Yahudi

(*)