Penulis
Intisari-Online.com -Jika hanya melibatkan anak-anak Abdi Dalem tentu saja belum cukup. Mia Adiyati, pemilik Kedai Rakjat Djelata kepingin tradisi kuliner ini menyebar ke seluruh kalangan dengan cara yang mudah dan murah. Oleh sebab itu, kedai yang dia bikin dibuat seunik mungkin dengan aksen tempo dulu. Lebih jauh lagi, Mia ingin menjadikan Kedai Rakjat Djelata sebagai museum kuliner.Supaya para pengunjung betah, menu yang disajikan di kedai tersebut selalu berbeda-beda saban harinya. Misal hari Senin ada jangan asem waringin, asem-asem klenyet bupati, kreso nyamleng, sementara Selasa ada oseng-oseng mercon daging koyor, pindang parangkusumo, dan jangan bobor,dst. Menu-menu tersebut selalu berbeda saban hari dan akan kembali ke semula saat masuk Senin lagi.Sejak awal, Mia menyebut kedai ini perwujudan dari kegelisahannya melihat orang-orang di sekelilingnya tidak lagi mengenal menu-menu tradisional khas Keraton. Jika pun ada, hanya kalangan tertentu saja. Oleh sebab itu, dimulai dengan kedai ini, Mia berharap suatu saat bisa membuat museum kuliner nusantara.Museum kuliner tersebut nantinya tidak hanya mengumpulkan menu-menu langkah khas keraton yang dimasak para Abdi Dalem, melainkan juga mendokumentasikan menu-menu yang jarang diketahui orang. Misalnya bacem walang kayu atau walang kunyit. Masakan ini adalah belalang yang dimasak menjadi bacem. Cara memasak belalang tidak terlalu sulit, hampir sama dengan jenis-jenis bacem lain. Hanya saja kendalanya, bahan baku utamanya tidak bisa setiap saat ditemui. Hanya musim-musim tertentu saja. Karena itulah stok belalang yang berlimpah, disimpan di dalam pendingin bersuhu -40ºC. Selain itu masih ada lagi menu lain seperti belalang goreng, ulat flamboyan goreng, dsb. Serba eksotis. Rasanya juga bisa diadu.Intinya, selain bisa menikmati kudapan yang dihidangkan, pengunjung juga bisa mengetahui menu-menu langka. Ya resep-resep baheula ala Abdi Dalem, ya menu-menu “aneh” yang jarang diketahui banyak orang. Itulah fungsi museum kuliner.