Penulis
Intisari-Online.com - Sosok yang satu ini sering tertukar dengan Dong Xiaowan, seorang pelacur yang tinggal di akhir dinasti Ming dan dinasti Qing awal.
Selir Donggo memang berasal dari Dinasti Qing, namun dia merupakan sosok yang punya 'tempat istimewa' bagi seorang kaisar Dinasti Qing, yaitu Kaisar Shunzhi.
Selir Donggo adalah salah satu selir Kaisar Shunzi, sosok yang begitu dicintai, bahkan hingga kematiannya begitu berpengaruh bagi sang kaisar.
Kematian Selir Donggo pun membuat rakyat harus mengawasi Kaisar Shunzhi.
Siapa Selir Donggo, seperti apa kematiannya, dan apa yang terjadi pada Kaisar Shunzhi setelah kekasihnya tiada?
Melansir alchetron.com, Selir Donggo (1639–1660) adalah seorang selir Kaisar Shunzhi dari dinasti Qing.
Dia lahir di klan Manchu Donggo, yang berada di bawah Bendera Putih Polos dari Delapan Panji.
Ayahnya adalah Eshuo, yang menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri di istana kekaisaran Qing, sementara ibunya adalah Han Cina.
Rumah leluhur Selir Donggo berada di Liaoning.
Selir Donggo memasuki Kota Terlarang pada usia 18 tahun dan sangat dicintai dan disukai oleh Kaisar Shunzhi.
Dia diberikan gelar "Permaisuri Xian" pada Agustus 1656.
Tak lama kemudian, dia diangkat ke status "Permaisuri Bangsawan Kekaisaran", yaitu pada Januari 1657.
Begitu istimewanya Selir Donggo ditunjukkan oleh perlakuan Kaisar Shunzhi, di mana sang kaisar mengadakan upacara akbar untuk promosi Permaisuri Donggo dan mengumumkan amnesti.
Selir Donggo melahirkan seorang putra pada tahun 1657 tetapi dia meninggal sebelum mencapai usia satu tahun.
Kematian dini putra mereka berdampak besar pada Selir Donggo dan Kaisar Shunzhi.
Selir Donggo jatuh sakit dan meninggal pada tahun 1660 pada usia 21 tahun.
Kaisar Shunzhi begitu diliputi kesedihan sehingga dia berhenti menghadiri pertemuan pengadilan harian selama lima hari untuk meratapi Selir Donggo.
Juga dikatakan bahwa Kaisar Shunzhi sangat tertekan sehingga dia ingin bunuh diri.
Itulah yang membuat rakyatnya harus mengawasinya setiap hari karena takut akan keselamatannya.
Dua hari setelah kematiannya, Permaisuri Donggo secara anumerta diberikan gelar Permaisuri, sebuah sikap yang tidak biasa.
Dia dikebumikan di makam Qing Timur.
Sementara itu, tak lama setelah kematian Selir Donggo, Kaisar Shunzhi jatuh sakit hingga meninggal dunia.
Mengutip peoplepill.com, Kaisar Shunzhi jatuh ke dalam kesedihan selama berbulan-bulan setelah kematian selir kesayangannya, sampai ia terjangkit cacar pada 2 Februari 1661.
Saat itu, penyakit cacar merupakan penyakit yang sangat menular dan menjadi endemik di Tiongkok, dan orang Manchu tidak memiliki kekebalan terhadapnya.
Baca Juga: Inilah Peran Indonesia di ASEAN, Termasuk Tempat Sekretariat ASEAN!
Baca Juga: Inilah Peran Indonesia di ASEAN, Termasuk Tempat Sekretariat ASEAN!
Pada 4 Februari 1661, pejabat Wang Xi (orang kepercayaan kaisar) dan Margi (seorang Manchu) dipanggil untuk datang ke samping tempat tidur kaisar untuk mencatat wasiat terakhirnya.
Pada hari yang sama, putra ketiganya yang berusia tujuh tahun, Xuanye, dipilih sebagai penggantinya, mungkin karena dia telah selamat dari penyakit cacar.
Xuanye sendiri yang memerintah selama enam puluh tahun dengan nama era "Kangxi" (karenanya ia dikenal sebagai Kaisar Kangxi ).
Kaisar meninggal pada 5 Februari 1661 di Kota Terlarang pada usia dua puluh dua.
Dia dikebumikan di tempat yang kemudian dikenal sebagai Makam Qing Timur, 125 kilometer (75 mil) timur laut Beijing.
Itu merupakan salah satu dari dua kuburan kekaisaran Qing.
Makamnya adalah bagian dari kompleks mausoleum Xiao (dikenal di Manchu sebagai Hiyoošungga Munggan), yang merupakan mausoleum pertama yang didirikan di situs tersebut.
Lebih sedikit dokumen yang bertahan dari era Shunzhi daripada dari era dinasti Qing selanjutnya, sehingga era Shunzhi adalah periode yang relatif sedikit diketahui dalam sejarah Qing.
(*)