Kisah Kuliner dari Serat Centhini

Moh Habib Asyhad

Penulis

Kisah Kuliner dari Serat Centhini

Intisari-Online.com - Banyak yang salah kaprah karena menganggap Serat Centhini hanya berisi permasalahan seks belaka. Lebih dari itu, Serat Centhini ternyata menyimpan banyak sekali informasi yang pernah ada di tanah Jawa. Seperti filsafat, kesenian, bangunan, dan juga makanan atau kuliner.

Andreas Maryoto dalam bukunya Jejak Pangan, berhasil menemukan fakta bahwa kitab yang lahir di era Pakubuwono IV itu tidak hanya sekadar “kitab seks”. Centhini ternyata pernah membahas permasalahan kuliner dengan sangat detail.

Kisah-kisah kuliner ini kebanyakan terjadi di tengah-tengah kisah perjalanan para keturunan Sunan Giri, yang notabene adalah tokoh dalam kitab tersebut. Secara tersirat, informasi mengenai kuliner itu bersumber dari dua cara. Pertama ketika si tokoh utama kemalaman di tengah jalan sehingga harus menginap di sebuah rumah. Kedua, informasi itu datang dari para tuan rumah yang secara tidak sengaja menceritakan perihal sesaji yang ada di tiap upacara.

Sebenarnya tidak ada tatanan baku yang digambarkan mengenai etika atau urutan jamuan saat ada tamu yang datang. Namun, secara garis besar, si tamu mula-mula akan disuguhi minuman, sirih, serta beragam kue-kuean. Sembari berbincang, tahap selanjutnya adalah penyuguhan makanan besar yang juga mempunyai ragam yang beraneka warna.

Selain itu, Centhini juga menjabarkan bagaimana cara menanak nasi yang baik dan benar. Ada nasi yang dimasak dengan kuali yang diberi air yang kemudian disebut dengan nasi liwet, ada pula nasi yang dinanak di dalam bambu yang sudah dicampur dengan bumbu-bumbu. Tidak hanya itu, jenis padi yang sering dihadangkan kepada tamu yang datang pun tak lupa dicatat dengan lengkap.

Meskipun hanya menghadirkan kuliner-kuliner pedesaan, itu membuktikan bahwa Serat Centhini tidak hanya sekadar urusan seks dan spiritualitas belaka, tapi juga menghadirkan informasi-informasi sarat makna. Termasuk juga info kuliner.