Find Us On Social Media :

[Cerita Kriminal] Jangan Coba-coba Jadi Playboy Jika Tak Ingin Nasibmu Sama Seperti Rick Williams

By , Minggu, 6 Mei 2018 | 14:45 WIB

Intisari-Online.com - Bagi sebagian kaum hawa, playboy—pria penakluk wanita—itu sosok yang sangat menarik. Namun, bagi yang lain, ia menjijikkan. Sementara buat kelompok perempuan yang lain lagi, ia menarik sekaligus menjijikkan. Kadang sulit menentukan mana yang mau diikuti, mengencaninya atau membunuhnya?

Rick Williams menimbulkan perasaan seperti itu pada sejumlah wanita. Lelaki tegap bertinggi 183 cm dan berat 82,5 kg ini memperlakukan wanita ibarat tisu: sekali pakai langsung buang.

Si mata keranjang lenyap

Anehnya, Williams tetap saja berhasil membujuk seorang wanita untuk dijadikan istrinya walaupun wanita itu tahu Williams mata keranjang dan penuh tipu daya. Wanita itu benar-benar buta; buta pada kebiasaan Williams yang suka melirik perempuan lain, buta terhadap perilaku para perempuan yang mau meladeni tatapan mata suaminya dan mengundangnya ke ranjang mereka.

Baca juga: 10 Fakta Penting tentang Sarapan

Dengan perasaan optimistis, wanita itu berbagi ranjang dengan Williams di lantai dua apartemennya di South Cornell Avenue, di daerah Hyde Park yang subur dekat Chicago, Amerika Serikat. Ia berharap dapat memperbaiki sifat-sifat Rick Williams yang suka bertentangan.

Sudah bisa diduga perkawinan mereka cepat sekali memburuk, apalagi ditambah dengan belum hadirnya buah hati dalam rumah tangga mereka. Pada Januari 1986, wanita itu merasa habis kesabarannva dan memutuskan untuk pergi meninggalkan apartemen.

Sayangnya, wanita itu punya masalah. la masih tetap memikirkan Rick, karena di atas segala dendamnya, ia masih mencintai suaminya. la sadar akan hal itu, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Rick Williams pun masih ingin berdekatan dengan istrinya.

Karena itu keduanya tetap melakukan kontak lewat telepon. Pada 13 Maret 1986 istri Williams muncul di kantor polisi distrik di Praire Avenue. Ia kelihatan bingung. Kepada polisi jaga ia menjelaskan kalau dirinya sudah berulang kali menelepon suaminya pada sore hari sebelumnya, karena ada persoalan pribadi yang penting untuk dibicarakan.

Rumah dan tempat kerjanya—perushaan yang memasarkan kavling makam—sudah coba ia hubungi, tetapi suaminya tidak juga ditemukan. Jawaban dari seorang rekan kerja Williams terdengar tidak menyenangkan: Williams tidak muncul di tempat kerja dalam dua hari terakhir, dan tidak menelepon untuk memberi tahu alasan ketidakhadirannya.

Karena itu istri Williams pergi ke apartemen suaminya malam itu, dengan harapan akan menemukannya di sana. Namun, seperti diutarakannya kepada polisi, ketukannya tidak bersambut. Tak ada yang membukan pintu.

Serbuk putih

Seorang polisi kemudian menelepon ke tempat kerja Williams untuk memastikan soal ketidakhadiran pria yang tak ketahuan keberadaannya itu. Terdorong oleh permohonan istrinya yang merasa khawatir, polisi yang bertugas menyuruh seorang polisi yang tidak tahu masalahnya untuk menemani wanita itu kembali ke apartemen Williams.