Find Us On Social Media :

Sempat Ngotot Tak Ingin Biarkan Rusia Menang Atas Rusia, Negara Potensi Militer Terkuat Kedua NATO Ini Mendadak Berikan Kabar Buruk Ini Pada Ukraina, Apa itu?

By Afif Khoirul M, Jumat, 22 April 2022 | 11:05 WIB

Ukraina khawatir kekurangan senjata ketika Rusia mengalihkan fokus kampanye militernya ke Donbass.

Intisari-online.com - Sementara pertempuran Rusia-Ukraina di Donbass meningkat, Jerman menyatakan bahwa mereka tidak dapat lagi menyediakan senjata ke Kiev.

Padahal sebelumnya, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan Barat akan bersatu dan "tidak membiarkan Rusia menang" dalam operasi militer di Ukraina.

Olaf Scholz menekankan bahwa NATO akan terus melengkapi senjata untuk membantu Ukraina mempertahankan diri melawan tentara Rusia.

"Dari perspektif jangka pendek, kami tidak punya apa-apa lagi untuk dikirim ke Ukraina tanpa penundaan," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, pada 20 April.

"Oleh karena itu, Berlin telah sepakat untuk mendukung mitra lain yang siap memasok Ukraina dengan senjata ala Soviet yang biasa mereka gunakan," katanya.

Baerbock menekankan bahwa cadangan senjata berat yang didedikasikan Jerman untuk membantu Ukraina sekarang telah habis.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengumumkan bahwa Jerman tidak lagi dapat menyediakan senjata atas permintaan Ukraina.

"Dengan pengiriman yang datang langsung dari persenjataan militer, saya harus terus terang mengakui bahwa kami telah mencapai batasnya," kata Christine Lambrecht.

Baca Juga: Walau Menang Telak, Tapi Rugi Bandar Bagi China dan Rusia, Siapa Sangka Barat Untung Besar dari Perang Rusia-Ukraina, Rahasia Senjata Ini Malah Dibongkar Habis-habisan

Menurut Christine Lambrecht, selain bantuan senjata ke Ukraina, Jerman masih perlu mempertahankan senjata cadangan untuk memastikan kemampuan pertahanan dan operasi NATO.

Fakta bahwa Jerman, negara yang dikatakan memiliki potensi militer terbesar kedua di NATO, setelah AS berhenti memasok senjata dikatakan menjadi kerugian besar bagi Ukraina.

Terutama dalam konteks militernya memasuki fase konflik dengan Rusia.