Vladimir Putin Kian Terpuruk! Jadi Satu-satunya Harapan Rusia Untuk Menangkis Sanksi Ekonomi dari Barat, Mendadak China Malah Berhenti Membantu Rusia, Ada Apa?

Mentari DP

Penulis

Hubungan Vladimir Putin dan Xi Jinping di tengah perang Rusia dan Ukraina.

Intisari-Online.com - Rusia telah menerima puluhan sanksi ekonomi oleh Barat karena perang Rusia dan Ukraina.

Di mana sanksi ekonomi itumenargetkan berbagai sektor ekonomi, khususnya keuangan dan bank-bank besar Rusia.

MisalnyaBank Sentral Rusia (CBR) telah melihat asetnya dibekukan di beberapa tempat pascaperang Rusia dan Ukraina.

Misalnya di Amerika Serikat (AS), Inggris, Kanada, dan Uni Eropa.

Di mana Barat mencoba menghentikannya menggunakan cadangan mata uang asing senilai 630 miliar Dollar AS (Rp9 triliun).

Sberbank dan Alfabank, dua bank terbesar di Rusia, juga menjadi sasaran dan telah dikenai sanksi pemblokiran penuh oleh AS dalam beberapa pekan terakhir.

Banyak lembaga keuangan Barat telah meninggalkan Rusia sebagai akibat dari pembatasan ekonomi yang dilakukan terhadap Kremlin.

Misalnya Visa dan Mastercard (MC) menangguhkan operasi di Rusia bulan lalu.

Akibatnya ini membuat orang Rusia tidak dapat melakukan pembayaran di luar negara mereka menggunakan kartu yang dikeluarkan oleh kedua perusahaan.

Oleh karenanya, kini harapan Rusia hanya ada pada China.

Kremlin berharap untuk mencapai kesepakatan dengan sistem UnionPay China sebagai alternatif untuk Visa dan MC dan untuk mengatasi larangan tersebut.

Namun, UnionPay kemarin secara tak terduga menarik diri dari pembicaraan dengan Sberbank dan lembaga keuangan Rusia lainnya dalam daftar hitam ekonomi Barat.

Dilansir dari express.co.uk pada Jumat (22/4/2022), diyakini bahwa perusahaan China takut negara-negara barat akan menjatuhkan sanksi sekunder pada perusahaan jika mereka bekerja sama dengan Moskow.

“Proyek untuk mengeluarkan kartu UnionPay untuk sementara ditangguhkan," ungkap sebuah sumber perbankan mengatakan kepada situs media Rusia RBC.ru.

"Mereka tidak secara resmi mengkonfirmasi bahwa itu terkait dengan sanksi, mengatakan itu dihentikan sementara sampai instruksi lebih lanjut."

UnionPay didirikan pada Maret 2002 dan menyediakan layanan kartu bank yang serupa dengan Visa dan MC.

Pada tahun 2015, perusahaan China ini melampaui Visa dan MC dalam nilai total pembayaran yang dilakukan oleh pelanggan dan menjadi organisasi pemrosesan pembayaran kartu terbesar di dunia.

Perusahaan ini juga menyumbang satu persen dari kartu bank Rusia pada tahun 2020, menurut Riset Perbankan Ritel.

Permintaan untuk kartu UnionPay tumbuh10 kali lipat menyusul pengenaan sanksi oleh Barat.

Namun, orang Rusia yang telah memiliki kartu UnionPay baru-baru ini melaporkan kesulitan dalam menggunakannya di Amerika Serikat, Israel, Eropa, Asia, dan Timur Tengah.

Sebenarnya hubungan Rusia dan China sangat dekat karena mereka adalah sekutu untukmelawan pengaruh geopolitik Barat.

Akan tetapi perang Rusia dan Ukraina sepertinya telah membuat China berhati-hati.

Baca Juga: Padahal Jadi Tempat Pembuatan Rudal Mematikan yang Menyerang Ukraina,Fasilitas Senjata Rusia Ini Malah Alami Kebakaran Besar, Langsung Bikin Ilmuwan Lompat dari Jendela

Artikel Terkait