Find Us On Social Media :

Dibocorkan oleh CIA Rupanya Ancaman Nuklir Rusia Bukan Isapan Jempol Semata, Terkuak Hal Ini Berhasil Diungkap oleh Agen Mata-mata AS Itu

By Tatik Ariyani, Jumat, 15 April 2022 | 13:55 WIB

(Ilustrasi) Rusia akan gunakan senjata nuklir taktis jika Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO

Intisari-Onine.com - Rusia mengeluarkan ancaman penggunaan senjata nuklir atas kekhawatiran jika Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO.

Pada hari Kamis, Dmitry Medvedev, wakil ketua Dewan Keamanan Rusia dan sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, memperingatkan NATO bahwa Moskow akan mengerahkan senjata nuklir dan rudal hipersonik di Kaliningrad, daerah kantong Rusia di jantung Eropa, jika Swedia dan Finlandia bergabung dengan aliansi NATO.

Medvedev mengatakan di saluran Telegramnya: "Tidak mungkin lagi membicarakan status non-nuklir Baltik - keseimbangan harus dipulihkan."

Medvedev mengklaim NATO adalah plot Amerika Serikat (AS) untuk melemahkan Rusia dan tidak akan memberikan pertahanan ekstra kepada Finlandia atau Swedia.

Dia berkata: “Tidak ada orang waras yang menginginkan harga dan pajak yang lebih tinggi, ketegangan yang meningkat di sepanjang perbatasan mereka, Iskanders, hipersonik, dan kapal dengan senjata nuklir yang secara harfiah berjarak dekat dari rumah mereka sendiri.

"Mari berharap kewarasan tetangga utara kita masih menang."

AS sendiri pun tidak dapat menganggap enteng ancaman Rusia yang menggunakan senjata nuklir tersebut.

Seorang kepala CIA mengeluarkan peringatan keras saat berbicara tentang krisis Ukraina yang sedang berlangsung.

Melansir Express.co.uk, Jumat (15/4/2022), Direktur CIA William Burns pada hari Kamis mengatakan bahwa ancaman Rusia yang berpotensi menggunakan senjata nuklir taktis tidak dapat dianggap enteng.

Namun, CIA belum melihat banyak bukti praktis yang memperkuat kekhawatiran itu, tambahnya.

Burns berbicara di Georgia Tech tentang "potensi keputusasaan" dan kemunduran yang dihadapi Putin.

Pasukan Rusia disebut menderita kerugian besar dan terpaksa mundur dari beberapa bagian utara Ukraina setelah gagal merebut Kyiv.