Penulis
Intisari-Online.com- Bulan lalu,Rusiamengatakan akan “secara radikal mengurangi aktivitas militer” di sekitar utara Ukraina, termasuk di dekat Kyiv dan kota Chernihiv, saat pembicaraan damai mengalami kebuntuan.
Alexander Fomin, wakil menteri pertahananRusia, mengatakan isyarat itu adalah untuk "meningkatkan rasa saling percaya, menciptakan kondisi yang tepat untuk negosiasi kesepakatan damai dengan Ukraina".
Tapi ini terjadi setelah Kremlin mengatakan sedang bergerak untuk mengkonsolidasikan cengkeramannya di wilayah Donbas timur.
Sergei Shoigu, menteri pertahanan Rusia, mengatakan "tujuan utama" Rusia sekarang adalah "pembebasan" wilayah tersebut.
Tetapi kemampuan Moskow untuk merayap lebih jauh sepertinya tidak mungkin tanpa menggunakan senjata kimia, kata mantan kepala Unit Senjata Kimia Angkatan Darat Inggris.
Kolonel Hamish de Bretton-Gordon mengatakan sebagaimana diwartakanExpress.co.uk,Jumat (8/4) bahwa pilihannya ada pada apakah Putin bersedia "mempertaruhkan semuanya" dan meluncurkan serangan tidak konvensional ke Ukraina Barat, atau memutuskan Donbas "memenuhi persyaratannya".
Dia memperingatkan:
“Saya berharap akan ada semacam perdamaian danRusiaakan fokus di Timur."
"Tapi saya tidak bisa melihat mereka mengambil Kyiv, atau kota-kota besar lainnya ke barat, seperti Lviv, tanpa menggunakan jalan yang tidak teratur atau perang yang tidak biasa.”
Di pihak lain,Pentagon diberitakan padaRabu (13/4/2022)menjamu para pemimpin dari delapan produsen senjata AS.
Pertemuan itumembahas kapasitas industri dalam memenuhi kebutuhan senjata Ukraina, jika perang dengan Rusia berlangsung bertahun-tahun, menurut dua orang yang mengetahui pertemuan itu mengatakan kepada Reuters.
Produsen tersebut antara lain Raytheon Technologies (RTX.N) dan Lockheed Martin Corp (LMT.N) bersama-sama memproduksi Javelin, sementara Raytheon membuat Stingers.
Pembuat senjata top lainnya adalah Boeing Co (BA.N), Northrop Grumman (NOC.N), General Dynamics (GD.N) dan L3Harris Technologies (LHX.N).
Melansir Kompas.com, pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden diperkirakan akan segera mengumumkan bantuan militer senilai 750 juta dolar AS (Rp 10,7 Triliun) untuk Ukraina sebagai dukungan perangnya melawan serangan Rusia.
Informasi itu disampaikan oleh dua pejabat AS yang mengetahui masalah tersebut kepada Reuters sebagaimana dilansir pada Rabu (13/4/2022).
Senjata tersebut akan didanai menggunakan Presidential Drawdown Authority, atau PDA.
Dengan begitu, presiden dapat mengotorisasi transfer barang dan layanan dari cadangan AS tanpa persetujuan kongres dalam menanggapi keadaan darurat.
Salah satu pejabat mengatakan penentuan akhir masih dibuat tentang campuran persenjataan yang akan diberikan.
Seorang tenaga ahli senior kongres mengatakan peralatan yang akan diumumkan kemungkinan akan mencakup sistem artileri darat berat ke Ukraina, termasuk howitzer.
(*)