Penulis
Intisari-Online.com -Uni Soviet adalah negara sosialis yang pernah ada di antara tahun 1922-1992 di antara benua Eropa dan Asia.
Uni Soviet menganut sistem politik satu partai yang dipegang oleh Partai Komunis (CPSU) sampai tahun 1990.
Pemimpin pertama dari negara sosialis ini adalah Vladimir Lenin sebelum ia digantikan oleh Josef Stalin pasca kematian Lenin pada tahun 1924.
Melansir Kompas.com, pada 26 Februari 1960, Pemerintah Uni Soviet, melalui Perdana Menteri Nikita Khrushchev mengemukakan kepada publik bahwa Soviet mendukung Indonesia, baik itu pembangunan maupun ekonomi.
Pernyataan ini membawa perubahan bagi hubungan dan kerja sama kedua negara.
Sebelumnya, sebagai negara yang baru merdeka, Indonesia tak begitu dilirik Uni Soviet di masa kepemimpinan Stalin.
Hubungan harmonis kedua negara mulai berkembang ketika usai Perang Dunia II.
Pada 1950, Indonesia dan Uni Soviet menjalin hubungan diplomatik.
Soviet membutuhkan sekutu setelah perang, sedangkan Indonesia berupaya mencari dukungan untuk menghilangkan bekas-bekas penjajahan Belanda.
Dilansir dari Russia Beyond The Headline, Pemerintah Soviet mulai membicarakan Indonesia di tingkat Komite Pusat (Partai Komunis Uni Soviet) pada 1955, ketika penandatanganan Dasasila Bandung (sepuluh poin hasil pertemuan Konferensi Asia-Afrika).
Peristiwa itu menarik seluruh perhatian dunia.
Sejak itu, nama presiden Indonesia, Soekarno, mulai sering muncul di surat-surat kabar Soviet.
Secara perlahan, Indonesia mulai menarik perhatian Soviet.
Hubungan diplomatik kedua negara semakin kuat.
Di tengah gencarnya Perang Dingin, Indonesia tetap bersikukuh tak memihak dan mempertahankan sikap nonbloknya.
Bahkan, Indonesia mempelopori Gerakan Non Blok (GNB) di Beograd, Yugoslavia.
Inilah yang membuat PM Nikita Khrushchev membawa Uni Soviet semakin dekat dengan Indonesia.
Nikita Khrushchev mendukung Indonesia
Pada 1956, setelah Kongres Partai Komunis Uni Soviet yang ke-20, Presiden Soekarno berkunjung ke Uni Soviet.
Sang proklamator mendapatkan sambutan hangat dari PM Nikita Khrushchev.
Keduanya saling bertukar pikiran dan pendapat mengenai kondisi negara masing-masing.
Setelah Soviet menyatakan mendukung Indonesia pada 26 Februari 1960, berbagai kerja sama dilakukan, termasuk membantu angkatan bersenjata Indonesia.
Dana diguyurkan untuk mendukung perekonomian dan pembangunan di Indonesia.
Pada awal 1960, Soekarno mengundang delegasi Pemerintah Uni Soviet untuk berkunjung ke Indonesia.
Khrushchev mengaku sangat senang dan langsung menerima undangan tersebut.
Kedekatan ini sempat menimbulkan persepsi bahwa Pemerintahan Indonesia saat itu condong ke kiri.
(*)