Penulis
Intisari-online.com - Menurut kantor berita TASS (Rusia), dalam sebuah pernyataan pada 2 April, membahs soal situasi Rusia pasca menerima sanksi.
Menurut Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki, "Hingga saat ini, sanksi yang kami berikan kepada Rusia belum efektif."
Fakta ini tercermin dalam nilai tukar rubel, yang telah kembali ke waktu yang sama ketika Rusia memulai kampanye militernya di Ukraina.
"Artinya, tindakan kami tidak memiliki dampak yang diinginkan para pemimpin Eropa," katanya.
Morawiecki meminta Eropa untuk menjatuhkan sanksi yang lebih substantif terhadap Rusia.
Lalu, meminta negara-negara Eropa untuk bersatu mengambil tindakan tegas dan menyita aset luar negeri Rusia.
Perdana Menteri Polandia menekankan bahwa apa yang dia maksud bukan hanya pembekuan.
Tetapi harus menyita "ratusan miliar dolar menunggu di bank-bank Eropa, bank sentral dan oligarki".
Setelah Rusia meluncurkan kampanye militer di Ukraina pada 24 Februari, negara-negara Barat memberlakukan serangkaian sanksi terhadap sektor ekonomi Rusia, perusahaan, pejabat dan individu, embargo bank.
Perusahaan besar Rusia, banyak perusahaan swasta Barat memutuskan untuk berhenti beroperasi di Rusia atau menarik diri dari proyek investasi di Rusia.
Pada bulan Maret, setelah Barat mulai menjatuhkan sanksi pada Rusia, rubel jatuh ke rekor, pada satu titik 132 rubel menjadi 1 dolar dan 147 rubel menjadi 1 euro.
Pada akhir Maret, nilai rubel kembali menjadi 85 rubel menjadi 1 USD dan 93 rubel menjadi 1 euro, setara dengan level yang tercatat pada saat operasi militer Rusia di Ukraina.
Rubel telah pulih "secara spektakuler" setelah Bank Sentral Rusia mengumumkan sejumlah tindakan dan setelah dekrit yang mengharuskan "negara-negara yang tidak bersahabat" untuk membayar gas dalam rubel.