Find Us On Social Media :

Digunakan oleh Salah Satu Pemimpin Paling Kejam di Dunia, Inilah Brazen Bull, Alat Penyiksaan Terburuk dalam Sejarah yang Justru 'Makan' Tuannya Sendiri

By Khaerunisa, Jumat, 25 Maret 2022 | 17:55 WIB

Brazen Bull milik Phalari, tiran dari Acragas.

Intisari-Online.com - Ada sejumlah pemimpin paling kejam di dunia yang begitu terkenal kebengisannya.

Kekejaman yang mereka lakukan mampu membuat setiap orang dari masa ke masa ikut bergidik ngeri.

Salah satu pemimpin paling kejam yang terkenal itu adalah Phalaris.

Phalaris adalah tiran Acragas (sekarang Agrigento) di Sisilia, dari sekitar 570 hingga 554 SM.

Dia dikenal sebagai seorang pemimpin yang suka "memanggang" musuh-musuhnya di dalam banteng perunggu penuh api, yang dikenal sebagai Brazen Bull.

Phalaris dikenal karena kekejamannya yang luar biasa menggunakan alat tersebut.

Para korban yang malang dikurung dan dimasak hidup-hidup sementara jeritan mereka seolah mewakili auman banteng.

Ironisnya, Phalaris juga dibakar hidup-hidup di bantengnya pada tahun 554 M.

Baca Juga: Eksperimen Gila Raja James IV, Asingkan Dua Bayi ke Pulau Terpencil Selama Beberapa Tahun Demi Mengetahui Hal Ini, Beginilah Akhirnya

Baca Juga: Cek Kalender Jawa Maret 2022, dari Weton Pasaran hingga Wuku untuk Merencanakan Acara Besar Anda

Melansir allthatsinteresting.com, Brazen Bull yang merupakan alat penyiksaan yang mengerikan untuk memanggang manusia hidup-hidup tersebut dirancang oleh Perilaus, seorang pematung istana.

Dikatakan bahwa suatu hari, pematung istana Phalaris tersebut memamerkan ciptaan barunya kepada tuannya, yaitu sebuah replika banteng dalam kuningan berkilau.

Namun, ciptaannya itu bukan patung sederhana.

Patung itu ditempelkan dengan pipa dan peluit, berlubang di bagian dalam, dan dibangun di atas api yang menderu.

Patung banteng ini menjadi alat penyiksaan, dengan api yang cukup besar akan membakar jiwa-jiwa yang malang.

Mereka akan dilemparkan ke dalam banteng, di mana panas tubuh logamnya memanggang korbannya hidup-hidup.

Pipa dan peluit mengubah jeritan mereka menjadi dengusan dan geraman banteng, hal yang menurut Perilaus akan menggelitik Phalaris.

Diduga, Perilaus sendiri menjadi korban pertama dari banyaknya korban Brazen Bull.

Baca Juga: 'Insya Allah Mariupol akan Segera Bersih dari Kotoran Azov', Kala Ramzan Kadyrov Bocorkan Sikap Pengecut para 'Bandit Ukraina' Usai Diserbu Pasukan Chechnya

Baca Juga: Begini Sejarah Sarekat Islam yang Didirikan Solo pada Tahun 1911

Namun, seperti banyak cerita dari zaman kuno, kebenaran banteng ini sulit untuk diverifikasi.

Penyair dan filsuf terkenal Cicero mengingat banteng sebagai fakta, dan sebagai bukti kekejaman penguasa yang kejam dalam rangkaian pidatonya Di Verrum.

“... yang merupakan banteng mulia itu, yang dikatakan telah dimiliki oleh tiran paling kejam, Phalaris, di mana dia terbiasa menempatkan manusia sebagai hukuman, dan menempatkan api di bawahnya.”

Cicero kemudian menggunakan simbol Brazen Bull untuk mewakili kekejaman Phalaris dan bertanya-tanya apakah rakyatnya mungkin bernasib lebih baik di bawah kekuasaan asing daripada menjadi sasaran kebrutalannya.

“…[Untuk] mempertimbangkan apakah lebih menguntungkan bagi Sisilia untuk tunduk pada pangeran mereka sendiri, atau berada di bawah kekuasaan orang Romawi ketika mereka memiliki hal yang sama sebagai monumen kekejaman tuan rumah tangga mereka, dan kebebasan kita.”

Meski terkenal akan kekejamannya, mengutip Britannica, Acragas di bawah pemerintahan Phalaris tampaknya telah makmur dan memperluas wilayahnya, di mana tata letak kota yang indah mungkin milik zamannya.

Sementara itu, Phalaris akhirnya digulingkan oleh Telemachus, nenek moyang Theron (tiran 488-472 SM).

Dikatakan Phalaris dibakar sampai mati di banteng perunggunya sendiri.

Baca Juga: Bosan Pada Istrinya yang Tak Kunjung Punya Anak Laki-laki, Raja Henry VIII Nikahi Wanita Lain yang Akhirnya Malah Dihukum Pancung

Baca Juga: Semua Mata Tertuju pada Rusia-Ukraina, Negara Tetangga Ini Jadi Sumber 'Kiamat' Selanjutnya Karena Perang India-China yang Makin Memanas, Sampai Negaranya Tak Punya Uang Sepeserpun!

(*)