Penulis
Intisari-Online.com -Jika kita memilih untuk berbisnis untuk mendapat penghidupan, berarti kita harus siap dengan ketidakpastian income (pemasukan). Kita perlu tahu, tak selamanya usaha itu akan menguntungkan. Nah, bagi mereka yang baru memulai bisnis dari nol, kenyataan ini kerap menjadi momok yang menakutkan.
Sebenarnya, ada suatu cara untuk menyikapi dan mengendalikan ketidakpastian income itu. Yakni, uruslah bisnis kita sendiri. Boleh dikata, lakukanlah semuanya seorang diri. “Perketalah perut (pengeluaran), segala macamnya itu harus dikerjakan sendiri dulu,” ujar Andrie Wongso, motivator sekaligus pengusaha dan coach bisnis.
Mengurus bisnis secara mandiri dapat membuat pengeluaran kita lebih irit. Bagi yang baru berbisnis, pengiritan ini penting sebagai salah satu cara mengurangi kerugian.
Sebaliknya, jangan terlalu dini untuk berpikir agar bisnis cepat berkembang. Resapilah dulu “nikmatnya” mengurus bisnis seorang diri. Ke depannya, pengalaman mengurus bisnis seorang diri dapat menguatkan mental wirausaha kita. Lebih tahan banting. Alias, tidak mudah jatuh disaat bisnis menurun.
Sebelum memulai bisnis, kita juga perlu memantapkan tujuan yang ingin dicapai. Sebab tujuan ini akan membantu untuk menemukan ambisi kita. Menurut Andrie, sikap ambisus tak kalah penting untuk dimiliki pebisnis pemula. “Kita perlu memiliki sikap ambisius, tapi yang positif,”ujarnya.
Hal senada juga dipaparkan Kiyosaki dan Lechter. Menurut keduanya, cara terbaik supaya bisa maju adalah dengan mempertahankan ambisi dan nyala api di hati kita. Jadi, ingatlah segala tujuan yang ingin kita capai. Sebab, tujuan dan ambisilah yang membangun bisnis kita.
Kalau bisnis telah berkembang, barulah kita boleh membayar jasa para profesional. Akuntan, konsultan bisnis, atau broker, misalnya. Bekerja dengan bantuan jasa para profesional itu tentu akan mendatangkan keuntungan bagi kita. Semakin banyak uang yang mereka hasilkan, semakin banyak pula uang yang kita peroleh.
Ada juga satu catatan penting bagi pebisnis pemula, menurut Andrie. Jangan mudah terpukau dengan rumput tetangga yang lebih hijau. Alias, terpukau oleh keberhasilan seorang pengusaha lainnya. Tapi, lihatlah bagaimana ia merintis bisnisnya. Pastinya penuh perjuangan berat dan jatuh bangun. Nah, siapkah kita untuk seperti itu?