Pada waktu itu terjadi wabah penjarahan di pekuburan kerajaan Thebes, melansir Historical Eve.
Paser, walikota Thebes, menuduh Pauraa, walikota Thebes Barat, tempat pekuburan berada, sebagai kaki tangan para perampok makam.
Kemudian terjadi serangkaian penangkapan dan interogasi yang akhirnya mengungkap jaringan penjarahan makam raja dan bangsawan yang terorganisir dengan baik, yang melibatkan anggota penting pemerintahan.
Wazir mengambil alih masalah ini dan beberapa kunjungan inspeksi dilakukan ke pekuburan untuk memeriksa keadaan penguburan.
Situasi semakin memburuk dari waktu ke waktu, dan selama dinasti ke-21 (1076-944 SM) diputuskan untuk memindahkan mumi kerajaan dari makam mereka dan menyimpannya bersama-sama di gua-gua untuk melindungi mereka dari penjarahan terus-menerus.
Banyak dari "cache" ini akan ditemukan berabad-abad kemudian oleh para arkeolog, seperti halnya cache Deir el-Bahari yang terkenal, pada tahun 1871, salah satu penemuan paling menakjubkan dalam Egyptology.
Penjarahan makam kuno berlanjut selama berabad-abad, dan ketika para arkeolog tiba di Mesir pada akhir abad ke-19, mereka hampir tidak menemukan makam yang utuh.
Auguste Mariette, kepala Layanan Barang Antik Mesir dari tahun 1858 hingga 1881, mencoba mengekang penjarahan dan penggalian ilegal yang masih melanda negara itu.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari