Find Us On Social Media :

Proklamasi Mundur Sehari karena Rengasdenglok (2)

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 17 Agustus 2016 | 09:15 WIB

Proklamasi Mundur Sehari karena Rengasdenglok (2)

la juga berpendapat, soal masa datang setelah proklamasi, bukanlah soal terhadap Jepang yang tidak berkuasa lagi. Tetapi sikap terhadap Sekutu yang akan mengembalikan kekuasaan Belanda atas Indonesia. Sebab itu persiapan revolusi bukanlah seharusnya ditujukan kepada Jepang yang sudah masuk zaman lampau,melainkan terhadap Belanda yang akan kembali menjajah.

Menganalisis kegagalan rencana para pemuda itu, Bung Hatta melihat adanya kelemahan yang terbukti mereka tidak mengerti hukum revolusi. Bahwa revolusi tidak dapat dipimpin oleh seorang boneka melalui gertak dan intimidasi, tetapi maunya langsung dipimpin sendiri dengan tanggung jawab penuh. Revolusi hanya berhasil jika dikemudikan oleh pemimpin yang tahu apa maunya, pandai membuat perhitungan yang tepat, dan pandai mengukur tenaganya sendiri terhadap tenaga lawannya.

Kelemahan lainnya, kombinasi "API - Mahasiswa - Sjahrir" tidak satu dalam tujuan dan semangat.

"Jauh daripada suatu kemenangan dan pemuda," tulis Hatta selanjutnya, "penculikan Soekarno - Hatta ke Rengasdengklok dan kembalinya hari itu juga ke Jakarta adalah suatu pembuktian kepada sejarah, bangkrutnya suatu politik dengan tiada perhitungan yang semata-mata berdasar sentimen. Pernyataan pula dari politik tidak mampu! Dan karena penculikan itulah maka proklamasi Indonesia Merdeka yang mulanya kami tetapkan tanggal 16 Agustus, jadi terlambat satu hari."

Hatta menyadari, kupasannya tentang detik-detik menjelang proklamasi itu sama sekali bukan bertujuan mengecilkan jasa pemuda dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Jasa pemuda bahkan dinilai besar sekali, termasuk mereka yang berbeda pendirian. Tetapi sebagai orang tua ia mengingatkan, sikap mereka yang mau benar sendiri dan segera curiga kepada mereka yang berbeda pendirlan, banyak menyulitkan jalannya perjuangan.

Namun apabila semangat mereka itu tidak meluap-luap pada permulaan revolusi nasional, Hatta juga membayangkan akan sangat sukar menghidupkan perjuangan rakyat yang begitu hebat hingga sanggup menderita bertahun-tahun lamanya.

Pada bagian akhir tulisannya, tokoh proklamator ini menyampaikan nasihatnya untuk golongan pemuda yang gagal memenuhi kehendaknya untuk memegang pimpinan revolusi agar jangan menyalahkan orang lain tetapi tanyalah kepada diri sendiri dan pada hukum sejarah. Ia mengingatkan, pimpinan dalam revolusi tidak dapat dituntut, melainkan diperoleh atas kepercayaan rakyat kepada pemimpinnya. Pilihan rakyat mungkin salah, tetapi selama rakyat percaya pada pemimpinnya, selama itu revolusi dijunjungnya. Hanya kepercayaan rakyat akan kemenanganlah yang membawa kemenangan bagi revolusi. (Her Suganda/Intisari)